KILAS JAMBI – Tindakan pembasahan Badan Restorasi Gambut (BRG) di tujuh desa gagal mencegah kebakaran lahan gambut. Sebabnya puluhan sekat kanal dan sumur bol mengalami kerusakan tanpa adanya perbaikan.
“Kita temukan, dalam investigasi kita. Program restorasi gambut BRG tidak berdampak. Tujuh desa yang diintervensi, semuanya mengalami kebakaran berulang,” kata Sekjen Jaringan Masyarakat Gambut Jambi (JMGJ), Sulaiman, Kamis (30/7/2020).
Terjadinya kebakaran berulang ini, sambung Sulaiman, karena terjadi kerusakan pada sekat kanal dan sumur bor. Kemudian pemasangan kanal tidak pada titik kebakaran.
“Sekat kanal itu ada yang dipasang ditanah mineral. Bahan baku kualitas rendah, sehingga bentuk fisik cepat rusak,” kata Sulaiman menjelaskan.
Tujuh desa itu yang ada di Kabupaten Muaro Jambi yakni Desa Tanjung, Jebus, Gedong Karya dan Sungai Aur berada di Kawasan Hidrologi Gambut (KHG) Batanghari-Air Hitam Laut.
Kemudian di daerah Kabupaten Tanjab Timur, ada desa Catur Rahayu, Koto Kandis Dendang dan Jati Mulyo berada di KHG Batanghari-Mendahara.
Sulaiman mencontohkan Desa Gedong Karya yang dulu tempat basah sekarang kering. Sehingga daerah itu menghadapi kesulitan air bersih. Sebagian masyarakat sudah membeli air, untuk kebutuhan sehari-hari.
Selanjutnya di Desa Catur Rahayu ditemukan banyak kanal sudah ditutupi rumput, kanal kering, spriwil tergantung.
“Yang menarik adalah tidak ada berita acara serah terima sekat kanal maupun sumur bor antara BRG dengan Pemdes,” kata Sulaiman.
Untuk Desa Jati Mulyo, terdapat hutan lindung, perkebunan sawit perusahaan ATGA dan Kasuari Unggul.
“Kita temukan masalah konflik lahan dan pencemaran sungai dari limbah perusahaan,” kata Sulaiman.
Selanjutnya program revegetasi BRG lahan seluas 25 hektar untuk tanaman campur dan telah terbakar pada 2019 lalu.
Kemudian temuan di Desa Catur Rahayu, mendapat program tanaman lada dan kopi liberika, tanamannya mati 80 persen. “Karena saat menanam tidak ada paritisipasi masyarakat,” kata Sulaiman. (swd)