KILAS JAMBI – Maestro Senandung Jolo, Maryam, Alfian alias Degum, dan Zuhdi. Sejak tanggal 2 November 2022 mendapat ruang untuk mengajarkan sebuah karya budaya Indonesia dari Jambi yang sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda pada tahun 2014. Karya budaya ini diajarkan kepada 20 anak-anak di Kelurahan Tanjung-Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi.
Menurut Zuhdi, jika selama ini mereka hanya memberi pelatihan di Sengeti-Kabupaten Muaro Jambi dan Kota Jambi, kali ini mereka merasa bersyukur bisa berbagi pengetahuan di kampung sendiri.
“Kesempatan ini akan kami gunakan untuk mengajarkan syair dan pantun yang dituturkan, memilih kayu dan membuat alat musik gambang yang biasa digunakan untuk pertunjukan musik Senandung Jolo,” kata Zuhdi.
Mutia Lestari Zulhas, selaku penerima program Indonesiana Kemdikbusristek dan LPDP mengatakan, bahwa kegiatan ini diawali dengan pendokumentasian aktivitas sehari-hari para maestro, pewarisan tuturan dan pembuatan alat musik.
Mutia menambahkan bahwa pada sesi awal telah dilakukan pembuatan film dokumenter 3 maestro ini, dilanjutkan dengan proses belajar bersama, yang dimulai dari belajar mengingat dan menuturkan syair dan pantun yang menjadi kekuatan karya pengetahuan ini, memilih kayu hingga membuat alat musik gambang sebagai ciri seni pertunjukkan musik Senandung Jolo. Uniknya, kayu yang dipilih adalah kayu yang mudah tumbuh. Mereka menyebutnya dengan kayu Mahang.
“Sebagai penyelenggara program kami berharap Pemkab Muaro Jambi dan Pemprov Jambi bersama-sama melakukan pelindungan karya budaya ini. Semoga ini bukan akhir dari semangat bersama untuk saling berbagi, mengisi, dan membesarkan,” kata Mutia.
Sebagai fasilitator pemerintah, Mutia dan tim harus memberi penguatan regulasi terkait upaya regenerasi penutur muda ini. Satu di antaranya adalah mengupayakan penyusunan muatan lokal terkait kekayaan budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Muaro Jambi.
“Sebanyak 20 penutur Muda asal Tanjung- Kumpeh ini memiliki semangat untuk belajar, dengan Nek Maryam, Wak Degum, dan Wak Zuhdi. Mereka akan memilih menjadi pemain bukan penonton, memilih menjadi subjek bukan sebagai objek,” kata Mutia menegaskan.
Program pendokumentasian pengetahuan Maestro Senandung Jolo ini dijadwalkan akan berakhir pada akhir Desember 2022, di sesi akhir akan dilaksanakan pemutaran film dokumenter, pementasan, dan seminar. (*)