Peranan Pondok Pesantren Dalam Pembentukan Moral dan Akidah

Arini Faiz

Oleh: Arini Faiz*

KILAS JAMBI – Eksistensi pondok pesantren di Indonesia telah ada sejak lama. Bahkan, sebelum hadirnya sistem atau model pendidikan modern seperti sekarang ini, ternyata pondok pesantren telah lebih dahulu ada dan memengaruhi sosial masyarakatnya.

Pondok pesantren memiliki fokus output yang unik, yaitu mencoba untuk membentuk karakter kemandirian dan pengetahuan agama, khususnya ketebalan akidah manusia sejak usia belajar. Pola pengajaran dan sistem pendidikan yang ada di pondok pesantren ternyata memang ampuh dalam membentuk karakter dan akidah manusia tersebut.

Sebagai contoh, di Ponpes, biasanya ada mudabbir atau pengurus. Mudabbir inilah sekaligus pengganti orang tua selama seorang santri belajar di Ponpes. Mudabbir jugalah yang membangunkan para santri untuk melaksanakan salat berjamaah khususnya untuk salat subuh. Mudabbir inilah juga yang mengingatkan para santri, memberikan keteladanan, serta mengontrol perilaku santri. Keberadaan mudabbir sangat berjasa dan ikhlas dalam mendidik santri yang ada dalam pengawasannya.

Pondok pesantren ada pula istilah ustadz, yaitu mereka yang menjadi pendidik di sana. Ustadz akan memberikan penjelasan terkait mata pelajaran di kelas, memberikan motivasi, semboyan yang paling sering disebutkan dalam tradisi ponpes yaitu manjadda wajada (Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka berhasillah dia). Kata-kata inilah yang memotivasi santri untuk jadi semangat menuntut ilmu di pesantren dengan penuh kesungguhan.

Jika melihat lebih jauh, ternyata ada pola yang menarik dalam membentuk mental dan akidah santri di pondok pesantren. Pola ini agaknya menjadi role model untuk setiap Ponpes yang ada di Indonesia khusunya. Pola tersebut antara lain:

Kegiatan edukatif dimulai dengan salat subuh berjamaah, kemudian selesai salat berjamaah para santri akan mengaji bersama di asrama. Kemudian, setelah mengaji, santri akan membaca mufrodad (kosa kata dalam bahasa Arab), dan belajar tata bahasa Arab. Bahkan, di pondok tersebut menyediakan pengurus khusus untuk bagian bahasa Arab, yang bertugas membimbing kami agar bisa berbahasa Arab.

Kemudian di pagi Jumat, santri melakukan lari pagi bersama-sama, agar badan sehat. Kemudian setelah semua kegiatan selesai, santri akan langsung mandi dan mengikuti salat jumat berjamaah dan setelahnya siap-siap masuk kelas.

Pola makan di pondok pesantren juga diatur dengan sedemikian disiplin. Yaitu ada tiga waktu makan; sarapan di pagi hari sebelum masuk kelas, kemudian makan siang,sesudah ngaji bersama, dan yang terakhir makan malam yang dilakukan sesudah salat Isya berjamaah.

Di Ponpes juga mendapatkan skill yang menarik seperti di bidang seni, pada siang hari biasanya santri akan belajar kaligrafi yang dibimbing oleh pengurus bagian kaligrafi. Ada juga belajar wirid yang dibimbing oleh bagian pengajaran.

Selanjutnya, di Ponpes juga terdapat bagian yang dinamakan dengan munazomah (pengurus utama), yang mana bertugas mengarahkan semua pengurus harian.

Ada pula yang dinamakan bagian keamanan, dengan tugas untuk menjaga keamanan di pondok. Jika ada santri yang berkelahi maka bahagian keamanan akan menghukumnya, dan bagi santri yang mau ke luar lingkungan pondok maka harus izin terlebih dahulu ke bagian keamanan.

Ada pula bagian pengajaran, bagian ini mengajarkan tentang ceramah, mengadakan lomba cermah, dan banyak lagi yang meraka ajarkan ke adik-adik kelasnya.

Selanjutnya, bagian bahasa Arab, yang bertugas untuk membimbing adik kelas untuk mengenal bahasa Arab. Kemudian ada bagian kebersihan, bagian ini mengawasi setiap asrama, jika terdapat asrama yang kotor, maka bagian ini yang menghukumnya dan memberikan peringatan agar dijaga kebersihannya.

Bagian olahraga, memiliki peranan untuk menanamkan pentingnya kesehatan jasmani. Juga akan menghukum santri yang berolahraga, tetapi tidak menggunakan seragam. Tujuannya tidak lain adalah agar mereka terdidik disiplin.

Demikian setidaknya pola pendidikan yang diajarkan di pondok pesantren. Salah satu niat orang tua di dalam memasukkan anak mereka ke pesantren adalah karena maksud pencegahan, agar anak terhindar dari pergaulan bebas, apalagi zaman sekarang, banyak sekali kriminal yang terjadi di sekeliling kita. Banyak anak muda tawuran, durhaka kepada orang tua. Inilah salah satu urgensi dan eksistensi pondok pesantren di tengah-tengah masyarakat.

 

*Mahasiswa Prodi AFI UIN STS Jambi

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts