Inflasi Jambi Juli 2019 Tetap Terkendali

KILAS JAMBI – Pada Juli 2019, perkembangan Indeks Harga Konsumen Kota Jambi mengalami inflasi 0,48% (mtm). Sejalan dengan Kota Jambi, Kabupaten Bungo juga tercatat inflasi sebesar 0,15% (mtm). Sehingga secara akumulasi, Provinsi Jambi mengalami inflasi sebesar 0,44% (mtm) atau secara tahunan mengalami inflasi 3,75% (yoy). Perkembangan inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan Juni 2019 yang tercatat inflasi sebesar 1,02% (mtm). Secara tahun kalender (Januari-Juli), laju inflasi Provinsi Jambi tercatat inflasi sebesar 2,19% (ytd).

Inflasi Provinsi Jambi pada Juli 2019 terutama didorong oleh kelompok bahan makanan seiring dengan keterbatasan pasokan. Inflasi komoditas aneka cabai masih berlanjut seiring keterbatasan pasokan terkait pola tanam, musim kemarau yang lebih cepat dan intens. Meningkatnya harga kelompok bahan makanan juga disumbangkan oleh daging ayam ras dan angkutan udara. Meningkatnya pengeluaran masyarakat untuk kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga seiring memasuki periode tahun ajaran baru sekolah juga memberikan sumbangan terhadap inflasi pada bulan laporan. Namun demikian, beberapa kelompok bahan makanan tercatat mengalami penurunan seperti bawang merah seiring dengan mulai berlangsungnya masa panen.

Di Kota Jambi, komoditas penyumbang inflasi terbesar pada Juli 2019 adalah: cabai merah (inflasi 28,83% mtm dengan andil 0,39%), cabai rawit (inflasi 84,18% mtm dengan andil 0,09%), daging ayam ras (inflasi 6,54% mtm dengan andil 0,09%), dan angkutan udara (inflasi 3,27% mtm dengan andil 0,07%). Sejalan dengan Kota Jambi, di Kabupaten Bungo komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah: cabe merah (inflasi 49,26% mtm dengan andil 0,64%), cabe rawit (inflasi 87,69% mtm dengan andil 0,33%), daging ayam ras (inflasi 5,59% mtm dengan andil 0,08%) dan emas perhiasan (inflasi 2,95% mtm dengan andil 0,04%).

Meningkatnya harga komoditas cabai merah terutama disebabkan terbatasnya pasokan yang sebagian besar berasal dari luar daerah terutama pulau Jawa. Faktor struktural penyebab kenaikan inflasi aneka cabai muncul dari area tanam yang berkurang akibat banyaknya petani berhenti menanam cabai menyusul harga jual yang sangat rendah pada awal 2019. Sementara itu, faktor temporer yang menjadi penyebab kenaikan inflasi aneka cabai yaitu: (i) Kemarau mulai lebih awal dan intens serta diperkirakan mengalami puncaknya pada Agustus yang terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia; dan (ii) Produksi cabai merah sebagian berada di dataran tinggi (54%) yang irigasinya terganggu akibat musim kemarau, sehingga hanya bergantung pada produksi sentra cabai dataran rendah yang dapat mempertahankan pasokan air di tengah musim kemarau. Sementara, kenaikan harga daging ayam ras disebabkan oleh penurunan pasokan dari peternak.

Mempertimbangkan kondisi terkini serta kebijakan pemerintah maupun pelaku usaha, laju inflasi Agustus 2019 diperkirakan berada pada kisaran -0,37% – 0,00% (mtm). Deflasi diperkirakan terjadi seiring dengan berangsur normalnya pasokan komoditas bahan pangan khususnya bumbu-bumbuan. Selain itu, memasuki periode Hari Raya Idul Adha 1440 H diperkirakan harga daging sapi akan menurun seiring dengan meningkatnya suplai/stok. (BI)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts