Oleh: Sunaryo Gandi*
PENDIDIKAN bukanlah segalanya, tetapi segalanya dimulai dari pendidikan, demikianlah sebuah slogan yang sering didengar. Dalam banyak hal perlu disepakati dengan slogan tersebut.
Di antara alasan yang paling kuat untuk membenarkan pernyataan tersebut adalah kenyataan tingginya tingkat kesejahteraan, keamanan, sopan santun keteraturan manajemen, dan kepemimpinan masyarakat pada suatu tempat yang berpendidikan. Semakin tinggi jenjang pendidikan suatu tempat, semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan suatu tempat itu maka berbanding lurus pulalah hal-hal di atas.
Tetapi sebaliknya kekurangan dan rendahnya kualitas pendidikan suatu tempat maka semakin rendah pula tingkat kesejahteraan suatu tempat itu. Hal ini juga berimbas kepada seluruh kesejahteraan, seperti keamanan, sopan santun dan lain-lain.
Berdasarkan dari hal tersebut di atas, kecerdasan suatu masyarakat sangatlah penting, itu juga yang menyebabkan pemerintah memberikan perhatian penuh terhadap pendidikan. Berbagai kebijakan telah dilakukan mulai dari memberikan beasiswa sampai kepada menggratiskan biaya sekolah kepada anak-anak yang kurang mampu. Tentu ini perlu diapresiasi dan perlu kita dukung.
Namun pendidikan yang dimaksud sebagian besar tertuju kepada generasi penerus saja, karena pendidikannya bersifat formal. Sementara bagi orang-orang yang berusia 40 tahun ke atas kurang tersentuh perhatian tersebut khususnya di desa-desa. Di desa-desa masih terdapat orang-orang yang minim pendidikannya bahkan masih ada yang buta aksara. Berangkat dari hal inilah penulis mencoba untuk mencerdaskan masyarakat melalui majelis taklim. Sesuai dengan wewenang penulis sebagai Penyuluh Agama Islam Non-PNS.
Majelis taklim adalah suatu pengajian atau pendidikan yang telah ada dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, khususnya di Desa Kertopati tempat penulis bertugas sebagai penyuluh. Majelis taklim ini dari tahun ke tahun mengalami perubahan dan pasang surut jamaahnya. Ini dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya manajemen majelis taklim itu sendiri, perekonomian masyarakat dan kepemimpinan.
Desa Kertopati adalah satu dari 28 desa yang terdapat di Kecamatan Mandiangin, Kabupaten Sarolangun, dengan jumlah penduduk sebanyak 1.498 jiwa yang kesemuanya itu adalah penganut agama Islam. Di desa ini terdapat dua masjid dan satu mushola, Masjid Miftahul Falah terletak di RT 04 Dusun 1, lalu Masjid Riyadhussalihin terletak di RT 06 Dusun 2 serta Musholla Baiturrahman terletak di RT 01 Dusun 1.
Sedangkan pendidikan formal terdapat dua sekolah dasar, dua madrasah diniyah dan satu madrasah tsanawiyah swasta. Selain pendidikan formal tersebut terdapat juga pendidikan non formal yang diajarkan para guru lewat pendidikan antara maghrib dan isya yang khusus mengajarkan anak-anak membaca Alquran dan salat lima waktu. Pendidikan seperti ini sudah menjadi adat kebudayaan masyarakat sejak dulu, mereka menganggap dengan pendidikan ini anak mereka sudah memiliki pengetahuan agama yang cukup.
Sedangkan majelis taklim adalah suatu wadah atau forum pengajian yang mayoritas jamaahnya berusia di atas 40 tahun. Dalam forum pengajian inilah bapak-bapak dan ibu-ibu dapat berdiskusi atau menanyakan permasalahan-permasalahan agama baik yang belum mereka ketahui sama sekali maupun hal-hal yang membuat mereka ragu, baik tentang hukum, terutama tentang ubudiyah. Forum pengajian ini didominasi oleh orang-orang yang berusia di atas 40 tahun, karena mayoritas dari mereka tidak pernah menempuh pendidikan sama sekali, sekalipun ada hanya sekedar belajar membaca Alquran dan ibadah fardu seperti salat, puasa dan zakat.
Namun implementasi nilai-nilai tauhid secara utuh dan nilai-nilai sosial keagamaan hanya sedikit yang mereka pahami, itu pun mereka terima dari mulut ke mulut tanpa referensi yang valid. Oleh sebab itulah masyarakat sering menjastifikasikan orang-orang yang berbeda dengan apa yang mereka pahami, terutama tentang ubudiyah. Terlalu cepat mereka memandang orang yang tidak sepaham itu bid’ah dan fasiq.
Setidaknya ada beberapa upaya yang telah dilakukan untuk mencerdaskan jamaah yang terdapat dalam majelis taklim yang penulis bimbing di antaranya adalah:
Menyusun Pengurus
Majelis taklim yang ada selama ini tanpa pengurus hanya saja telah disepakati setiap malam jumat masyarakat bersama-sama untuk datang ke masjid kemudian membaca yasin dan tahlilan. Setelah penulis diberi wewenang sebagai penyuluh penulis berdiskusi dengan pegawai syara’ yang ada dan pemerintah desa setempat, akhirnya penulis menemukan kesepakatan untuk membentuk pengurus majelis taklim yang akhirnya terbentuklah lima majelis taklim yaitu:
- Majelis Taklim Al Mujahidin (Desa Kertopati)
- Majelis Taklim Al Muhajirin (Desa Kertopati)
- Majelis Taklim Daruttaqwa (Desa Sungai Rotan)
- Majelis Taklim Al-Istiqomah (Dusun Simpang Langgar Desa Bukit Peranginan).
- Majelis Taklim An-Nisa (Desa Muara Ketalo)
Menarik Simpati Jamaah
Selama ini pengajian atau majelis taklim yang telah ada hanya bersifat monoton yaitu membaca surat yasin dan tahlilan secara berjamaah, setelah majelis tersebut tersusun dengan rapi dan pengurusnya sudah terbentuk, baru menyusun mata acara dengan menambah ceramah singkat dan membuka ruang tanya jawab di akhir pertemuan. Dalam diskusi inilah penulis menyampaikan sedikit demi sedikit pemahaman tentang agama Islam secara mendalam.
Dari pengalaman di lapangan yang menjadi menarik simpati jamaah atau masyarakat ketika penulis menyampaikan kabar gembira sekalipun nasnya tidak begitu valid, seperti sedikit beramal pahalanya besar. Contoh:
من قال لااله الاالله سبعين الف مرة فقد اشترى نفسه من الله
Artinya:Barang siapa mengucapkan lalilaha ilallah tujuh puluh ribu kali maka sesungguhnya telah menebus dirinya dari pada allah. (Al hadis)
Dan pengharapan bagi pelaku dosa besar. Contoh: disebutkan oleh Ibnu Abbas, bahwa dosa besar itu jumlahnya sampai tujuh ratus macam, lebih dekat dari padanya tujuh macam. hanya tidak ada yang dinamakan dosa besar jika diikuti dengan istighfar. Kemudian dalam Alquran Surat An-Nisa Ayat 17 yang artinya menjelaskan:
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (An-Nisa:17)
Memberikan Pemahaman dan Penyampaian yang Terang dan Jelas Sehingga Mudah Dipahami.
Dalam menyampaikan materi seyogyanya penceramah atau pemateri harus mempunyai wawasan yang luas, banyak referensi, menguasai forum serta memahami bahasa masyarakat setempat. Untuk mengatasi masalah ini penulis bersama-sama dengan pengurus majelis taklim berupaya membeli buku referensi dan mendatangkan penceramah dari luar ketika diperlukan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
- Pendidikan tidak hanya untuk generasi muda, orang dewasa dan lanjut usia juga berhak mendapat pendidikan, hanya saja metodenya tidak sama dengan metode pendidikan anak usia dini dan remaja.
- Majelis taklim adalah suatu wadah untuk memberikan pendidikan kepada orang dewasa dan orang-orang yang lanjut usia, terutama tentang ilmu-ilmu agama.
- Untuk menarik simpati jamaah bermacam-macam metode yang dilakukan, di antaranya membentuk kepengurusan yang aktif supaya terkoordinir dengan baik, memberikan pemahaman yang jelas dengan mengunakan bahasa daerah setempat agar mudah dipahami, dengan metode yang berbeda sesuai keinginan jamaah, seperti arisan dan lain-lain.
- Menjelaskan kabar gembira terhadap ibadah yang dilakukan dan ancaman terhadap dosa dan kesalahan yang dilakukan.
*Penyuluh Agama Islam Kabupaten Sarolangun/Dosen IAI ABSA Sarolangun