Sreeeng sreeng….
osreeng osreeng….
Aroma bawang goreng itu langsung menusuk indra penciuman saya saat menyaksikan Hafida memasak sup Kerang Sumbun di Kedai Sedare, Kampung Laut, Tanjab Timur, Jambi.
Ditemani dengan seorang pelayannya itu, Hafida unjuk kebolehan memasak Kerang Sumbun. Berbagai bumbu utama bahan sup, seperti daun bawang, daun seledri telah disiapkan. Termasuk juga Sumbun yang telah dicuci bersih juga telah disiapkan dalam sebuah wadah baskom.
“Masak sup Sumbun ini hanya setahun sekali, karena Sumbun ini adanya hanya semusim yaitu April hingga Juni saat air laut surut,” kata Hafida saat ditemui kilasjambi.com di kedainya di Parit 3 Kampung Laut, Tanjab Timur, Jambi, Senin (24/6/2019).
Memasak sup Sumbun kata Hafida sangat mudah. Setelah bawang putih dan bawang merah digoreng dan mengeluarkan aroma, kemudian Hafida mulai memasukan air putih secukupnya hingga mendidih. Lantas kemudian Sumbun yang sudah dicuci bersih dimasukkan dan menunggu hingga masak sekitar 15 menit.
Setelah masak kemudian kembali masukan daun sup dan seledri yang telah dipotong-potong dan dicampurkan bumbu kaldu sesuai selere. Aduk hingga merata. “Kalau kurang asin bisa ditambahin garam,” kata Hafida sambil mencecap sedikit kuah sup Sumbun itu.
Ketika sup sumbun sudah masak, kemudian dimasukan kembali ke dalam sebuah mangkung. Sup Sumbun yang merupakan kuliner khas warga Kampung Laut itu lebih enak dinikmati jika menggunakan cocolan sambal kecap.
“Makannya seperti kerang biasanya, di makan dagingnya dan dicocol dengan sambal kecap, kulit kerangnya dibuang,” katanya.
Saya pun sempat mencoba masakan khas tersebut. Secara tekstur rasa Kerang Sumbun dagingnya lebih kenyal dan enak. Satu mangkuk sup Kerang Sumbun dijual dengan harga Rp25.000 sedangkan untuk mentahnya dijual Rp20.000 per kilogram.
Sumbun yang memiliki nama ilmiah (solen grandis) adalah biota laut sejenis kerang yang langka. Di Jambi Sumbun hanya bisa ditemui di muara sungai Batanghari pantai timur Sumatera atau tepatnya di Kampung Laut, Tanjab Timur.
Sumbun, warga lokalnya menyebutnya dengan nama Kerang Bambu. Memang sekilas bentuknya tampak mirik dengan bambu kecil berdiameter sekitar 1-2 cm dan panjang 5-15 cm.
Saat musim Sumbun tiba, warga di Kampung Laut memiliki tradisi “mutik” Sumbun. Tradisi tersebut menurut penuturan warga setempat, tradisi ini dulunya hanya dilakukan turun temurun oleh warga Suku Duanu. Namun kini tradisi nyumbun juga dilakukan oleh warga suku lainnya di Kampung Laut, dan bahkan kini tradisi nyumbun oleh Pemkab Tanjab Timur dijadikan agenda wisata yang dikemas melalui festival.
Seperti Apa Festival Sumbun?
Pada Festival Sumbun tahun ini saya berkesempatan mengunjunginya. Beberapa kawan bilang, Fetival Sumbun tahun ini berbeda dengan festival yang digelar tahun-tahun sebelumnya.
Festival tahun sebelumnya kata kawan saya, setelah rombongan pengunjung selesai “mutik” Sumbun kemudian digelar acara makan bersama Sumbun yang telah dimasak. “Tapi tahun ini tidak ada,” kata seorang kawan.
Saya memandang festival ini memang sangat menarik dan bisa mendatangkan wisatawan jika dikelola dan memiliki konsep yang baik. Tapijustru sepenglihatan saya festival unik ini belum memiliki konsep dan kurang promosi. Sehingga, festival ini digelar seperti dari “mereka untuk mereka”. Yang hadir di festival itu justru banyak pengunjung dari kalangan aparatur sipil negara (ASN) rombongan pemerintah setempat.
Meskipun demikian Bupati Tanjab Timur, Romi Haryanto mengklaim Festival Sumbun mendatangkan wisatawan. Bahkan Bupati meminta masyarakat di Kampung Laut untuk ramah kepada pengunjung yang datang.
“Mulai sekarang kita bersepakat harus ramah kepada pengunjung,” kata Bupati Romi di atas panggung.
Setelah digelarnya festival, tak ada data resmi kunjungan wisatawan pada festival itu. Namun Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tanjab Timur, mengklaim Nyumbun tidak hanya diikuti oleh orang dewasa.
Beberapa pengunjung atau peserta dari luar kabupaten itu bahwa ada yang membawa anaknya yang masih berusia di bawah lima tahun untuk ikut nyumbun.
“Kehadiran peserta nyumbun 2019 ini ada peningkatan dibandingkan dengan sebelumnya,’ kata Kasi Pengembangan Destinasi Wisata, Mahasin.