#MosiTidakPercaya: Massa Aksi Terus Bergerak

Di bawah kuasa tirani kususuri garis jalan ini
Berjuta kali turun aksi
Bagiku satu langkah pasti….

Itulah penggalan lirik lagu Buruh Tani. Lagu pergerakan yang diciptakan Safi’i Kumamang itu turut membakar semangat ribuan peserta aksi demonstrasi tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja.

DPR dan Pemerintah baru saja mengesahkan UU Cipta Kerja. Keputusan ini menuai banyak penolakan dari buruh dan mahasiswa. Imbasnya juga terjadi di Jambi, massa aksi terus bergerak menolak UU sapu jagat itu.

Sejak Senin pagi (12/10/2020), ribuan massa aksi bergerak. Mereka berjalan dari perempatan Bank Indonesia,Telanaipura, Kota Jambi, menuju kantor Gubernur dan Gedung DPRD Jambi. Itu merupakan aksi demonstrasi lanjutan yang telah dilakukan serentak sejak kamis lalu.

Ribuan massa aksi dari mahasiswa di Jambi, sejenak berhenti di pintu masuk kantor pemerintahan itu. Dengan almamater kebesarannya dari masing-masing kampus, mereka merapatkan barisan.

Asap hitam dari bakaran bas bekas membumbung ke atas, di antara ribuan aksi massa mahasiswa. Orasi demi orasi, yel-yel, dan nyanyian pergerakan terus mereka kumandangkan dengan lantang.

“Jika suara ini dipenjarakan, maka kami siapkan perlawanan,” teriak mahasiswi lewat pelantang suara.

“Betul kawan-kawan.” kemudian diikuti massa aksi lainnya, mereka mengepalkan tangan kiri ke atas.

Pagar kawat duri yang dipasang polisi di halaman DPRD Jambi untuk menghalau massa tak menjadi halangan mereka. Kawat duri itu mereka singkirkan. Beberapa saat kemudian, massa aksi berhasil merangsek ke halaman gedung wakil rakyat itu.

Di sana aparat dengan peralatan lengkap telah berjaga membentuk barisan barikade. Massa aksi semakin banyak berdatangan. Sebagian besar datang dari generasi kiwari yang lahir pascareformasi.

Waktu terus berlanjut, hingga sore hari, orasi-orasi, yel-yel, dan nyanyian pergerakan terus mereka kumandangkan dengan lantang. Massa aksi mencoba menembus ke dalam gedung wakil rakyat untuk menggelar sidang rakyat.

Namun mereka dihalau aparat. Unjuk rasa pun berakhir ricuh. Tak henti-hentinya letupan gas air mata ditembakan aparat keamanan untuk mengurai massa.

Aksi massa mahasiswa itu berlari menghindari gas air mata. Napas mereka terengah-rengah berlari mengindari kejaran polisi.

“Dikejar polisi di sana,” kata peserta aksi.

Salah satu peserta aksi mengaku ikut unjuk rasa ini karena datang dari hati nuraninya sendiri. Tanpa ada paksaan.

Dia ingin ikut secara damai menyuarakan aspirasi rakyat dan kaum pekerja. “Tolong dengarkan suara rakyat,” kata mahasisiwi beralmamter oranye itu.

Reporter: Gresi Plasmanto

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts