Cara Unik UNJA Lestarikan Peninggalan Bernilai Sejarah, Inisiasi Motif Baru Batik Jambi Berbasis Arkeologi Legok

KILAS JAMBI – Program Studi (Prodi) Arkeologi dan Sendratasik (Seni, Drama, Tari, dan Musik) Universitas Jambi (UNJA) memiliki cara unik untuk melestarikan tinggalan-tinggalan bernilai sejarah dan arkeologis, yakni melalui media batik. Kegiatan ini merupakan bagian dari Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Prodi Arkeologi UNJA yang telah dilaksanakan selama 3 hari, dimulai pada 3-5 Agustus 2020 di Rumah Batik Kelompok Batik Serumpun Berlian, Kelurahan Legok, Kecamatan Danau Sipin, Kota Jambi.

Kegiatan ini diikuti langsung oleh anggota Kelompok Batik Serumpun Berlian, selaku mitra binaan Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) Pertamina EP Jambi Field dan Tim Prodi Arkeologi dan Sendratasik UNJA yang terdiri dari dosen beserta mahasiswa.

Ketua Tim Pengmas Arkeologi UNJA, Nainunis Aulia Izza mengatakan bahwa kegiatan ini adalah tahun kedua Pengmas di Kelurahan Legok. Pada Tahun 2019, Pengmas dilaksanakan dengan fokus penyuluhan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya kepada masyarakat Kelurahan Legok, yaitu lokasi penemuan Candi Solok Sipin dan beberapa struktur bekas bangunan kuno di sekitarnya.

Menimbang diperlukan upaya pelestarian peran serta cagar budaya dan pemberdayaan masyarakat sekitar, selanjutnya dijadikan bahan dasar Pengmas di tahun 2020 dengan mengangkat tema “Pengembangan Motif Batik Berbasis Tinggalan Arkeologi”. Hasil temuan beberapa relief ini dikembangkan menjadi sebuah desain di atas kertas.

Selanjutnya desain ini dipola di atas kain menjadi motif batik oleh pengrajin batik dari Kelompok Batik Serumpun Berlian. Hasil kolaborasi dengan tim UNJA ini menghasilkan 5 motif Batik Jambi baru.

Salah satu motif baru bernama “Makara Ekīkaraṇa” yang dalam Bahasa Sansekerta berarti kesatuan dari berbagai jenis makhluk. Makara dari Candi Solok Sipin merupakan simbol perpaduan antara sirip ikan, gigi buaya, dan gading gajah. Rupanya makara dari Candi Solok Sipin ini memiliki ukiran yang lebih kaya jika dibandingkan dengan makara dari candi lain, seperti Candi Borobudur dan Prambanan. Tentu saja ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Kelurahan Legok.

Motif Makara Ekīkaraṇa Hasil Temuan di Candi Solok Sipin, foto: ist

“Ini terobosan baru yang inspiratif. Selama ini mindset orang belajar sejarah itu kan dalam bentuk tulisan. Sekarang visualisasi media ajar ternyata juga bisa dengan media batik. Hasilnya sangat menarik, apalagi kombinasi warna yang dipilih kelompok batik juga berani,” kata Jambi Field Manager, Gondo Irawan.

Yuliana Afsari, salah satu pengrajin batik mengungkapkan rasa senangnya dapat membuat batik dengan motif-motif yang berasal dari Candi Solok Sipin. Terlebih Ia juga mengajarkan teknik membatik kepada para dosen.

“Deg-degan juga rasanya, kok jadi kami yang mengajarkan bapak ibu dosen,” kata Yuliani.

Tinah, Ketua Kelompok Batik Serumpun Berlian merasa sangat senang memperoleh motif baru. Terlebih kendala utama yang dihadapi Kelompok Batik Serumpun Berlian adalah pengembangan motif baru.

“Kami ingin menambah motif baru agar Batik Jambi karya kelompok kami punya ciri khas tersendiri. Tetapi bingung dan sulit cari inspirasi. Alhamdulillah, kedatangan Tim Arkeologi UNJA memberikan ide baru motif asli Legok,” kata Tinah.

Menanggapi respon positif ini, salah satu Dosen Arkeologi UNJA, Ari Mukti Wardoyo Adi menjelaskan bahwa dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu kegiatan yang wajib dilaksanakan, di samping Pendidikan dan Pengajaran juga Penelitian dan Pengembangan. Oleh karena itu, Prodi Arkeologi UNJA juga berharap agar sinergi ini dapat terus berlanjut dan berkembang. Sejalan dengan visi untuk melestarikan sekaligus edukasi budaya kepada masyarakat, khususnya masyarakat Kelurahan Legok. (*)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts