KILAS JAMBI – Karya sastra bukan sekadar hasil imajinasi, tetapi merekam kenangan identitas maupun kebudayaan.
Hal ini terungkap dalam gelaran Workshop Makaradwipa #1 yang dihelat di Kafe Kopi Rakyat Skena, Citra Raya, Senin 26 Februari 2024.
Perhelatan Workshop Makaradwipa #1 ini dengan tema cerita-cerita kecil bersama Raudal Tanjung Banua.
Menurut Ketua Pelaksana Kegiatan, Dwi Raharyoso mengatakan Workshop Makaradwipa #1 bertujuan untuk membangkitkan kembali penulisan sastra lokal.
Dwi menuturkan karya sastra berupa cerita-cerita kecil lokal bukan hanya sekedar narasi imajinasi.
“Jadi bukan hanya cerita lama, tetapi ada subtansi yang memaknai atau merepresntasikan kondisi yang ada,” tegas Dwi.
Dwi mencontohkan cerita-cerita kecil yang berkembang di lintasan Sungai Batanghari, yang mana dalam cerita-cerita tersebut mencoba merekam ingatan.
“Baik sebagai konservasi identitas maupun kebudayaan,” beber Dosen Sastra Unja ini.
Dwi menambahkan, kenangan atas pengalaman kebudayaan yang direkam dalam sebuah cerita itu menjadi penting.
“Dalam ingatan ada kekayaan epistomologi generasi, terutama para leluhur, ini menjadi kesadaran untuk merawat, yakni melalui menulis, agar generasi berikutnya tahu,” tutupnya.
Lebih lanjut, Raudal Tanjung Banua menjelaskan bahwa dalam cerita-cerita kecil akan merekam kenangan yang ada dalam masyarakat.
“Sehingga kenangan terhadap sesuatu tidak akan hilang, seperti jalan, akan ada kenangannya,” kata sastrawan ini.
“Misalkan Jalan Lintas Bengkulu, ada ingatan yang menyelamatkan Presiden Soekarno dan ibu Inggit, yang mana jalan lintas tersebut merupakan jalur penyelamatan menuju Teluk Bayur saat perang,” tambahnya.
Namun, kata Raudal, dalam membangkitkan historis jalan tersebut tentu diberikan nuansa-nuansa perjuangan yang dalam sejarah resmi tidak dituliskan.
“Sehingga jalan itu bukan hanya sebagai nilai transportasi, tetapi juga ada nilai historis. Dengan mencoba menghadirkan jalan melalui berbagai dimensi,” tandasnya.