Suprapti (48) merasa prihatin dengan peserta didikinya kelas 1 di SDN 92/V Gemuruh, Tanjung Jabung Barat, Jambi, yang tidak memiliki perangkat smartphone. Sehingga dengan kondisi itu mereka sulit memiliki kesempatan untuk belajar daring.
“Biasanya menggunakan WA karena murah meriah, namun ya itu kendalanya tidak setiap orangtua punya smartphone,” ujar Suprapti yang juga fasilitator daerah Program PINTAR Tanoto Foundation.
Tak ingin peserta didiknya mandek belajar, Suprapti setiap hari harus menerima siswa yang ingin belajar, terutama memperlancar baca tulis.
Ia menyadari pembelajaran daring ini memerlukan dukungan orangtua.
Setelah pemerintah mengumumkan siswa harus belajar dari rumah untuk mencegah penularan Covid-19, Suprapti mulai menyusun jadwal pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan memanfaatkan grup WhatsApp paguyuban kelas.
“Pertama saya prioritaskan berkomunikasi, termasuk saya datangi rumah mereka, saya juga meyakinkan orangtua siswa untuk mendukung kebutuhan belajar dari rumah bagi anak-anaknya,” kata Suprapti, Rabu (28/10/2020).
Manfaatkan Teras Rumah untuk Belajar
Sebagai fasilitator kelas awal Tanoto Foundation, ia banyak memiliki strategi dan media untuk membuat anak cepat membaca, yang terpenting baginya anak tersebut mau belajar.
“Mulai dari pengenalan huruf, suku kata, dan kata, karena siswa masih kelas satu, jadi harus pelan-pelan, tidak boleh buru-buru,” katanya lagi.
Karena kebanyakan orangtua siswa adalah buruh kelapa sawit dan memerlukan dukungan dari Suprapti. Mereka memasrahkan untuk belajar calistung (membaca, menulis dan berhitung) kepada Suprapti.
“Waktunya dibagi, dan tidak semua, jadi saya petakan dulu mana yang belum benar-benar bisa membaca, tidak saya gabungkan,” ujarnya.
Suprapti juga membagi beberapa shift agar tidak berkumpul banyak-banyak.
“Yang saya utamakan siswa yang tidak memiliki handphone,” katanya.
Jadi harus benar-benar selektif, karena niat mulia Suprapti ini harus diapresiasi, menyediakan waktu dan teras rumahnya menjadi tempat belajar bagi siswa yang baru masuk sekolah dasar.
Bergantian Belajar
Pagi hari biasanya ada satu sampai dua shift. Setiap shift berisi tiga orang. Mereka dengan sabar bergantian agar tidak berjubel. Selain itu, Suprapti juga tetap mematuhi protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.
“Pakai masker dan jaga jarak itu wajib, saya sampaikan ke orangtuanya. Juga tidak bersalaman dulu dengan siswa,” ujarnya.
Materi yang diberikan Suprapti seperti pengenalan huruf, menggunakan kartu huruf, lalu meningkat ke suku kata, sampai kata.
“Saya bagi juga, ada membaca terbimbing, lalu membaca bersama. Namun sebagai dasar saya mengenalkan materi huruf, suku kata dan kata dulu, sampai memahami makna kata per kata,” ujar dia.
Seperti pagi itu ia mengajar Bilqis Sidqia, Muhammad Fadli, Azka Al Riziq, Suprapti merasa senang karena mereka sudah bisa membaca.
“Tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata manakala murid kita bisa membaca dengan lancar,” katanya.
Bagi Suprapti, siswa lancar membaca adalah pondasi untuk ke kelas berikutnya, karena dengan membaca siswanya akan lebih banyak tahu ilmu pengetahuan.
“Siswa lebih percaya diri juga,” tutupnya. (*)