Sejarah Kebudayaan Cagar Budaya Muara Jambi

Gerbang Candi Kedaton Kawasan Candi Muara Jambi
Gerbang Candi Kedaton Kawasan Candi Muara Jambi

KILAS JAMBI – Sejarah kebudayaan Cagar Budaya Muara Jambi merupakan sebuah rangkaian yang erat berhubungan dengan keberadaan Suarnadwipa atau pulau emas yang merujuk pada Pulau Sumatera. Pada masa lalu Pulau Sumatera merupakan daerah tujuan suku-suku bangsa di kepulauan nusantara maupun bangsa asing seperti India dan Tiongkok untuk melakukan kontak dagang, urusan keagamaan, budaya dan politik.  Daerah-daerah di Sumatera yang secara aktif melakukan hubungan dengan bangsa asing antara lain Aceh, Barus, Palembang termasuk Jambi.

Informasi tertua hubungan orang asing dengan daerah Jambl ditemukan pada Naskah Berita Dinasti Tang (618-906 M) yang menyebutkan kedatangan utusan Mo-Io-yeu ke Cina pada tahun 644 M dan 645 M. Pendeta Buddha I-Tsing pada tahun 672 M ketika melakukan perjalannya ke Nelanda India untuk memperdalam ajaran Buddha, menyempatkan selama 2 bulan di Mo-Io-yeu untuk memperdalam Bahasa Sansekerta.

Susunan bata di dalam tanah di Kawasan Candi Muara Jambi
Susunan bata di dalam tanah di Kawasan Candi Muara Jambi. Foto : M Ramond EPU

Ketika kembali dari India dikatakan Mo-Io-yeu tahun 692 M telah menjadi bagian Shih-Ii-fo-shih (Sriwijaya). Suatu keadaan yang ditafsirkan terkait erat dengan Prasasti Karangberahi (686 M) yang ditemukan di wilayah Jambi hulu.

Berita Tiongkok selanjutnya juga menyebut pada tahun 853 dan 872 menyebut kedatangan misi dagang dari Chan-pi atau Pi-chan. Berita Dinasti Sung (960-1279 M) menyebutkaan bahwa Chan-pi merupakan tepat bersemaamnya Maharaja San fo-tsi (Sriwijaya), rakyatnya tingggal pada rumah-rumah panggung di tepi sungai, sedangkan raja dan para pejabatnya bermukim di daratan.

Sekitar awal abad ke-11 Masehi, Chan-pi menobatkan raja di negerinya sendiri dan mengirim utusan ke Cina pada tahun 1079, 1082, serta 1088 M sebagai pemberitahuan bahwa Chan-pi telah menjadi negeri yang berdaulat. Penyebutan nama Jambi yang dalam ejaan Tiongkok disebut Chan-pi yang sudah dimulai sejak abad ke-7 M dan masih disebut-sebut sampai abad ke-11 M rupa-rupanya juga didukung dengan temuan Kawasan Cagar Budaya Muarajambi.

Candi Sialang, salah satu candi di Kawasan Candi Muara Jambi
Candi Sialang, salah satu candi di Kawasan Candi Muara Jambi. Foto: M Ramond EPU

Para ahli memperkirakan Kawasan Cagar Budaya Muarajambi merupakan peninggalan kerajaan berlatarbelakang kebudayaan agama Buddha Mahayana yang telah berkembang di Sumatera dari abad VII-XIII Masehi. Penelitian arkeologi pada bangunan-bangunan bata seperti di Candi Tinggi, Candi Gumpung, Candi Astana, Candi Kembarbatu, Candi Gedong l, Candi Gedong II, Candi Tlnggi l. Candi Kedaton, Candi Teluk, Kata Mahligal, dan Kedaton dan beberapa reruntuhan bangunan kuno lainnya (menapo).

Di Candi Gumpung pernah ditemukan sebuah arca Prajnapatamita. Arca ini mirip dengan arca yang ditemukan di Jawa yang bergaya Singhasari berasal dari sekitar abad ke-13 Masehi. Di Candi ini juga pernah ditemukan kertas emas. Berdasarkan bentuk aksara pada kertas emas diperkirakan berasal sekitar abad ke-9 sampai 10 Masehi.

Sementara itu, di sekitar kawasan cagar budaya ini banyak pula ditemukan pecahan keramik Cina yang sebagian besar berasal dari masa Dinasti Song (abad 10 Masehi), Dinasti Yuan (abad 13 Masehi) dari masa yang lebih tua, yaitu Dinasti Tang (abad ke-8 sampai 9 Masehi). (*)

Sumber : Museum Candi Muara Jambi

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts