Kunjungan Singkat Bung Hatta ke Muara Tembesi

Bangunan peninggalan kolonial Belanda di Muara Tambesi, Batang Hari, Jambi.

Muara Tembesi identik dengan peninggalan yang oleh warga setempat disebut “benteng”. Bangunan itu pada dasarnya bukan benteng dengan arti yang sebenarnya, melainkan bekas bangunan kolonial Belanda yang didirikan dalam rangka untuk memonopoli perdagangan di Muara Tembesi. Pada masa revolusi kemerdekaan, bangunan itu digunakan oleh para pejuang sebagai benteng dengan arti yang sesungguhnya.

Salah kaprah ini sebenarnya harus diluruskan meskipun warga setempat sudah terlanjur menamai komplek bangunan tersebut sebagai “benteng”. Komplek bangunan peninggalan zaman kolonial hingga kemerdekaan itu terletak di persimpangan Sungai Batanghari, Kecamatan Muara Tembesi, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Saat ini, kondisi bangunan itu perlahan namun pasti mengalami kerusakan, terlebih bangunan yang letaknya tepat di pinggir sungai dan setiap hari terpapar oleh abrasi.

Selain tentang bangunan, terdapat peristiwa penting di Muara Tembesi yang juga kurang menjadi perhatian ialah kunjungan singkat Mohammad Hatta ke Muara Tembesi di tahun 1947.

Mengapa peristiwa penting itu kurang diperhatikan? Alasannya tentu saja terkait dengan terbatasnya sumber yang membahas tentang peristiwa itu. Buku yang membahas secara detail peristiwa itu adalah otobiografi Mohammad Hatta yang berjudul Untuk Negeriku: Menuju Gerbang Kemerdekaan, Sebuah Otobiografi Jilid 3. Buku Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI (1945-1949) di Propinsi Jambi yang disusun oleh Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Propinsi Jambi juga mengulas sedikit sekali tentang kunjungan Wakil Presiden Republik Indonesia saat itu ke Jambi. Di dalam buku itu tidak dijelaskan tentang kunjungan Bung Hatta ke Muara Tembesi.

Bung Hatta pada waktu itu melakukan safari ke beberapa wilayah di Sumatra, tidak hanya Muara Tembesi saja. Ia berangkat bersama Surjo (Ketua Dewan Pertimbangan Ahung); Ir. Herling Laoh (Menteri Perhubungan); Mr. A. Karim (waktu itu salah satu Direktur Bank Negara Indonesia); Suria Atmadja (Kementerian Perekonomian); Rusli Rahim (Kepala Bagian Koperasi pada Kementerian Perekonomian); Abu Bakar Lubis dan Supardjo (pemimpin pemuda); I Wangsa Wijaya (Sekretaris Wakil Presiden); W.I. Hutabarat dan Ruslan Batangtaris (Ajudan Wakil Presiden), (Hatta, 2011: 146).

Bung Hatta tidak mencantumkan tanggal kedatangannya secara pasti ke Kota Jambi maupun ke Muara Tembesi. Ia hanya menuliskan tanggal 20 Mei 1947 sebagai tanggal keberangkatannya beserta rombongan ke Sumatra dari Yogyakarta. Tanggal 3 Juni 1947, mereka tiba di Pajang, Lampung, (Hatta, 2011: 146-147). Sedangkan di buku kedua, tertulis dengan jelas tanggal kedatangan rombongan Bung Hatta ke Jambi yaitu 4 Agustus 1947, (Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Propinsi Jambi, tt: 58).

Namun, saya menyangsikan tanggal itu karena terlalu jauh dengan waktu keberangkatan Bung Hatta dari Yogyakarta yakni sekitar 2,4 bulan atau tepatnya 76 hari. Padahal Bung Hatta menjelaskan bahwa di Lampung hanya melakukan safari selama 3 hari, kemudian langsung ke Palembang dan di sana sekitar 6 hari. Setelah itu menuju ke Muara Tembesi melalui Sarolangun, (Hatta, 2011: 147-148). Jadi, diperkirakan Bung Hatta dan rombongan tiba di Muara Tembesi dan bermalam di sana sekitar tanggal 15 Juni 1947.

Kedatangan Bung Hatta beserta rombongan sangat singkat, hanya tiga hari saja yaitu tanggal 15, 17, dan 18 Juni 1947. Mereka hanya bermalam pada tanggal 15 Juni 1947 di sebuah rumah dekat ke Batang Muara Tembesi, masuk ke induk Sungai Batanghari. Bung Hatta menyebutkan bahwa pemandangan di tempat itu indah sekali dan pada waktu itu bertepatan dengan bulan terang, (Hatta, 2011: 148). Meskipun perikiraan tanggal tepat di pertengahan bulan, namun bukan berarti tanggal tersebut tepat dengan bulan terang atau bulan purnama karena terkait perbedaan perhitungan kalender Masehi dengan kalender Lunar. Persoalan tanggal ini masih bisa dikaji ulang untuk dapat memperoleh kepastian kedatangan tokoh penting itu.

Terlepas dari kepastian tanggal kedatangan, mereka datang dengan misi diplomasi atas nama undangan anggota KNIP dari Sumatra. Menurut Deliar Noer, pemerintah Republik Indonesia pada saat itu perlu mengirim Bung Hatta ke Sumatra untuk meningkatkan perjuangan rakyat di sana, (Noer, 2018: 108).

Pada tanggal 18 Juni 1947, sekitar pukul 16.00 diadakan rapat umum di Muara Tembesi. Secara bergantian, Ir. Herling Laoh, Pak Surjo, Supardo (wakil pemuda), Gubernur Mohammad Hasan, dan Bung Hatta berpidato di depan warga yang hadir pada waktu itu. Malam harinya, sekitar pukul 20.00 diadakan sidang tanya-jawab di rumah wedana Muara Tembesi yang saat ini menjadi bangunan tak terurus di dekat tugu bambu runcing (warga menyebutnya tugu kedaulatan).

Sekitar 10 pertanyaan diajukan oleh warga yang hadir. Pertanyaan tersebut kebanyakan dijawab oleh Pak Surjo dan Bung Hatta, sedangkan pertanyaan tentang teknik dan perairan dijawab oleh Ir. Herling Laoh. Sekitar pukul 21.30 sidang tanya-jawab tersebut berakhir. Setelah itu, mereka meninjau daerah sekitar sembari melihat keindahan malam, (Hatta, 2011: 149).

Kunjungan singkat Bung Hatta beserta rombongan memiliki arti penting bagi warga yang dikunjunginya, khususnya dalam hal ini Muara Tembesi sebagai sebuah wilayah kecil di pedalaman tetapi disinggahi selama 3 hari oleh Wakil Presiden Republik Indonesia. Mereka tidak hanya menjelaskan situasi negara pada waktu itu dan menggelorakan semangat perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan (Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Propinsi Jambi, tt: 58), melainkan memberikan beberapa solusi yang dihadapi untuk dapat tetap menjalankan pemerintahan di saat yang genting.

Sosok Bung Hatta beserta rombongannya memberikan semacam kepercayaan diri bagi kaum republiken yang menjadi garda terdepan dalam setiap perjuangan di masa revolusi, tersebab tanpa mereka, perjuangan mempertahankan dan mendapatkan pengakuan kedaulatan Belanda atas Republik Indonesia akan mustahil dapat diraih.

 

Puteri Soraya Mansur, Alumni Magister Sejarah UGM yang mengajar di SMAN 10 Batanghari.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts