Jambi, kilasjambi.com – Ajang kebut-kebutan, terutama di lintasan atau kejuaraan resmi, biasanya hanya didominasi oleh pria. Namun kini, olah raga yang membutuhkan nyali besar itu tak lagi hanya milik kaum Adam, kaum Hawa pun bisa melakoninya, justru sisi feminisme memberikan warna tersendiri di arena balapan.
Seperti yang dilakoni Robbiyatul Dea Amanda, gadis kelahiran tahun 2002 asal Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjab Barat, memilih menekuni hobi sebagai pembalap. Lajang berhijab ini memulai karirnya sebagai pembalap, khususnya di Jambi, sejak tahun 2017.
Ia mulai melirik kebut-kebutan dengan roda dua di umur 15 tahun. Dea menunjukkan bakatnya, sehingga salah satu tim balap tertarik mengajaknya bergabung. Hanya saja saat itu ia masih menolak, alasannya, belum mendapat restu dari orang tua.
“Beberapa waktu berikutnya, saya baru menerima ajakannya. Dan langsung diajak latihan di Roro Kuala Tungkal, seharian full latihan sampai bisa,” kata Dea.
Event pertama yang diikutinnya pada tahun 2017 di Muara Bulian, Kabupaten Batanghari. Di balapan resmi perdana itu ia belum mendapatkan hasil yang diinginkan, begitu juga kala menjajal lintasan resmi pada event berikutnya di Dusun Mudo, Bangko.
Namun, Dea tak patah arang, terus berlatih. Hasilnya, mahasiswi sekolah tinggi kesehatan ini berhasil masuk lima besar pada event balap di Sabak, Tanjab Timur. Di bawah bendera TNR Tech Teluk Nilau, Kepulauan Riau.
Mulai naik daun, rider perempuan ini dilirik BM Tech untuk diajak bergabung, semenjak itu, ia rutin menorehkan prestasi di lintasan balap.
Didukung Penuh Keluarga
Namanya saja balapan, Dea tentu pernah mengalami crash, bahkan sampai mengalami cidera berat dan harus dilarikan ke rumah sakit, alih-alih jera dan berhenti membalap. Ia bangkit dan makin semangat latihan, apalagi kini mendapat dukungan penuh dari orang tua dan saudara-saudaranya.
“Berdoa sebelum bertanding, itu pesan ayah sebelum tiada. Selalu saya amalkan setiap mau start, kekuatan doa dari orang tua, hasil yang dicapai tak sia-sia,” katanya.
“Doa dan dukungan buat teman-teman juga penting, ke depannya agar lebih baik lagi,” tambah Dea.
Pada 30 Oktober nanti merupakan event pertamanya, setelah sekian lama pandemi yang tidak pernah ada perlombaan balap motor, kejuaraan itu akan digelar di Dusun Mudo, Bangko. Dea bergabung dengan tim PITSTOP.
Tetap Utamakan Pendidikan
Meski hobi kebut-kebutan, Dea tak melupakan dan tetap fokus pada pendidikan. Saat ini, ia tercatat sebagai mahasiswa di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekes Kemenkes) Jambi.
Dea mengaku senang menyalurkan hobinya di dunia balap, selain bisa menambah relasi, ia juga bisa bertukar pikiran sama orang yang lebih pengalaman di bidang balap motor.
“Seru punya pengalaman baru,” katanya.
Dea turut mengomentari keberadaan sirkuit balap motor di Sabak, menurutnya, adanya sirkuit tersebut bisa mengembangkan bakat pembalap-pembalap muda Jambi.
“Jadi yang hobi kebut-kebutan tak lagi mengganggu jalan raya dan meresahkan masyarakat,” katanya menegaskan.
“Pertahankan prestasi, jangan bangga terlebih dahulu atas kemenangan yang diraih. Masih banyak orang yang lebih bisa, lebih hebat dari kita. Jangan pernah angkuh dan sombong,” tutup Dea dengan bijak.
Penulis: Hari Isnanto*
*Mahasiswa PPL Jurusan Jurnalistik Islam, Fakultas Dakwah, UIN STS Jambi