Falsafah Hidup Dalam Kebudayaan Batak

Muhammad Ardian

Oleh: Muhammad Ardian*

NEGARA Indonesia memiliki berbagai macam suku atau etnik yang tinggal secara berdampingan (co-eksistence). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diksi “suku” diartikan sebagai golongan orang-orang dalam keluarga yang seturunan atau golongan bangsa sebagai bagian besar dari suatu bangsa.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya serta adat-istiadatnya mulai dari Sabang sampai Marauke yang mana pada setiap wilayah memiliki nilai dan norma unik yang berlaku bagi siapa pun yang memasuki wilayah mereka.

Budaya itu sendiri terbentuk dari sekelompok orang yang sudah terorganisasi dan dipastikan memiliki tujuan, keyakinan, serta nilai-nilai yang sama. Kebudayaan itu ada dikarenakan adanya kelompok yang mana kebudayaan itu membatasi atau mengiringi kehidupan kelompok tersebut.

Salah satu dari banyaknya suku di Indonesia tersebut adalah kelompok etnik Batak. Dalam etnik Batak, ada hal prinsip yang menonjol karena memiliki falsafah hidup yang dinamakan: harga diri. Tentu saja, suku atau entik lainnya juga sangatlah menjunjung tinggi harga diri mereka tersebut.

Salah satu hal yang menarik dari orang Medan adalah nada bicara yang tinggi. Kadang kala, nada atau gaya bicara tersebut mengundang persepsi negatif terhadap mereka yang sering dinilai kasar dalam komunikasi. Persepsi lainnya yaitu orang Batak kerap kali dianggap beragama non-Islam, padahal kenyataannya, orang Batak juga ada yang beragama Islam. Padahal, negara Indonesia adalah negara yang demokrasi di mana setiap individu berhak memilih agamanya sendiri selagi tidak ada paksaan dari oknum tertentu.

Orang Batak menjadikan komunikasi sebagai salah satu bagian dari hubungan antar manusia agar lebih dekat. Maka dari itu, kelihatan di tengah masyarakat, bahwa orang Batak ketika selesai melakukan kegiatan kenduri, mereka selalu berkomunikasi satu dengan yang lain dengan asik dan bersemangat.

Batak adalah rumpun suku-suku yang mendiami sebagian besar wilayah di Provinsi Sumatera Utara. Menurut KBBI, arti kata Batak adalah petualang atau pengembara. Hal ini terbukti dengan adanya suku Batak yang suka berpindah dari tempat kelahirannya (merantau) ke daerah lain di luar tanah kelahiran mereka. Suku Batak juga dapat berarti suatu golongan atau keturunan dari nenek moyang yang berada di Sumatera Utara yang suka berpetualang atau pun menjelajah.

Disebut suku batak dikarenakan hobi atau tradisi masyarakat Batak yang suka menjelajah atau musafir. Orang Batak dikenal sebagai orang yang ambisi dan pantang menyerah. Suku Batak juga terkenal sebagai pekerja keras dan gigih. Tidak peduli terhadap pandangan orang lain, mereka gigih dalam menjalani profesi apa pun tidak memilih dan gengsi terhadap apa yang mereka kerjakan yang terpenting bagi mereka yaitu mereka bisa menghasilkan uang untuk bertahan hidup dengan cara yang baik.

Orang Batak memiliki berbagai macam marga. Marga merupakan salah satu tanda pengenal seseorang yang bersuku Batak dan diturunkan secara patriarkis. Menurut Vergouwen sistem kekerabatan orang Batak adalah patrilineal dalam artian menurut garis keturunan ayah yang terdiri dari keturunan marga garis laki-laki dan membentuk kelompok kekerabatan.

Hal yang paling penting dalam orang bersuku Batak adalah mengenal tarombo atau silsilah marganya. Mereka juga dituntut untuk aktif pada kegiatan arisan marga, arisan sewilayah, dan selain itu mereka juga bahkan terlibat perkumpulan-perkumpulan di lingkungan mereka masing-masing. Suku Batak memiliki berbagai macam lagi etnis yaitu: Angkola, Mandailing, Toba, Dairi/Pakpak, Karo, dan Simalungun.

Batak merupakan salah satu dari banyakya suku di Indonesia yang memiliki bayaknya nilai budaya, adat, dan falsafah hidup. Filosofi kehidupannya sebagai pedoman hidup yang dipegang teguh secara turun temurun oleh masyarakat dari nenek moyang mereka sampai ke generasi sekarang. Falsafah hidup ini berfungsi sebagai landasan mereka dalam mengerjakan sesuatu. Salah satu dari falsafah mereka yang sangat terkenal khususnya pada suku Batak Toba adalah Annakon hi do hamoraon di au yang mana filosofi ini memiliki makna yang sangat mempengaruhi pikiran, adab, dan gaya hidup masyarakat yang bersuku Batak Toba pada umumnya.

Falsafah itu pula yang kemudian tampak melandasi semangat orang Batak dalam memperjuangkan anak-anak mereka untuk mendapatkan akses pendidikan setinggi-tingginya. Karena harta sejati dalam pandangan orang Batak adalah anak, dan investasi terbaik adalah pendidikan bagi anak-anak mereka. Inilah satu makna mendalam dibalik kalimat Annakon hi do hamoraon di au.

 

Mahasiswa Prodi AFI UIN STS Jambi*

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts