Penonton Antusias Saksikan Pertunjukan Bejolo di Ujung Tanjung, Maestro Senandung Jolo Terharu

Sesi diskusi dalam pertunjukan Senandung Jolo di Kumpeh Muaro Jambi, foto: ist

KILAS JAMBI – Ratusan penonton menyaksikan pergelaran ‘Bejolo di Ujung Tanjung’ hasil kolaborasi enam seniman dan tiga maestro Senandung Jolo. Pementasan tradisi ini melibatkan 100 anak-anak sekolah di Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muarojambi, Jambi pada Sabtu (20/7/2024).

Tiga maestro Senandung Jolo yakni Wak Mariam, Wak Degum dan Wak Zuhdi. Kemudian seniman pengajar adalah Muhammad Taufiq Hidayat, Fino Andreka, Dwi Putra Yan Ramadona dan Anggi Okfrida seniman musik. Lalu seniman tari perempuan Ajeng Briliant dan seniman teater tradisi Suwandi Wendy.

“Kita mau mewariskan tradisi Senandung Jolo kepada anak-anak dan membuat masyarakat bangga terhadap nilai dan kearifan Bejolo,” kata Maestro Zuhdi usai pementasan, malam Minggu (20/7/2024).

Dia menceritakan mulai mengolah tradisi Senandung Jolo menjadi pertunjukkan musik yang diiringi beberapa alat musik seperti gambang, gendang dan gong sejak tahun 1985.

Untuk menjaga tradisi tetap hidup, Zuhdi bahkan nyaris bercerai dan kehilangan hewan-hewan ternaknya. Kesibukan untuk tampil dari panggung ke panggung dan latihan membuatnya sulit secara ekonomi.

Namun usaha Zuhdi dengan teman-teman di bawah naungan Sanggar Mengorak Silo berbuah manis. Senandung Jolo menjadi pusat perhatian pada 2014 ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia.

Hampir satu dekade berselang, Sanggar Seni Mengorak Silo mendapatkan hibah Dana Indosiana Kemdikbudristek, untuk mewarikan pengetahuan Senandung Jolo ke generasi muda.

“Kami tumbuh dan hidup dari masa lalu. Walau berada di zaman sekarang kami maestro tak menguasi teknologi. Makanya kami berkolaborasi dengan seniman-seniman,” kata Zuhdi.

Setelah proses latihan selama 3 bulan, malam ini kata Zuhdi adalah puncak pementasan Bejolo di Ujung Tanjung. Anak-anak tampak antusias dan begitu menjiwai dalam memainkan pertunjukkan Bejolo, karena didukung teknologi serta elemen seni masa kini.

Sementara itu Direktur Musik, Muhammad Taufiq Hidayat menuturkan pementasan Bejolo di Ujung Tanjung memiliki konsep merajut tradisi dan modrenitas.

Sebuah karya kreatif dan inovatif ini menggabungkan berbagai elemen seni dan teknologi untuk menciptakan pengalaman yang mendalam dan imersif. Lalu menggunakan pendekatan interaktif dan multisensorial untuk merayakan kekayaan kesenian Senandung Jolo sembari menjebatani tradisi dan inovasi kontemporer.

“Dalam dunia yang semakin global, penting untuk menjaga dan mempromosikan warisan budaya kita dengan cara yang dapat diterima dan dinikmati generasi muda dan audiens internasional,” kata seniman bergelar magister seni ini.

Bajolo do Ujung Tanjung, kata dia bukan hanya tentang pengembangan kesenian tradisional dalam upaya menjaga warisan budaya tapi juga tentang menciptakan masa depan yang lebih kaya, beragam dan harmonis.

“Ini adalah cara untuk menghormati masa lalu sambil membangun jembatan menuju masa depan yang lebih baik,” terangnya.

Melalui kombinasi musik, tari, teater dan sastra pertunjukkan Bejolo di Ujung Tanjung menciptakan sebuah narasi yang mengajak penonton untuk menjelajahi dan merasakan berbagai aspek dari setiap kreativitas dan sebuah perjalanan emosional dan kultural dalam menghargai harmoni antara tradisi dan modrenitas.

Setiap elemen seni terintegrasi secara harmonis untuk menghasilkan pengalaman yang tak terlupakan bagi penonton. Kemudian dapat memperkaya pemahaman mereka tentang Senandung Jolo dan potensi kreatifnya dalam konteks dunia hari ini.

“Antusias masyarakat Kumpeh sangat luar biasa. Ratusan orang datang untuk menyaksikan pertunjukkan. Kami merasa terharu mendapatkan apresiasi yang hebat,” kata Taufiq.

Pertunjukkan dominan menggunakan alat musik gambang yang kemudian dipadukan dengan musik masa kini dan teknologi multimedia. Tidak hanya mengolah artistik, para seniman dan anak-anak juga menyajikan kritik sosial.

Pertunjukkan teater dengan jelas mendorong masyarakat untuk menyadari alih fungsi hutan, telah mengancam keberlangsungan Senandung Jolo.

Gambang itu alat musik pendukung Senandung Jolo. Untuk membuatnya butuh kayu mahang. Dengan adanya deforestasi membuat kayu mahang semakin langka. Persoalan lingkungan menjadi masalah bersama untuk sekarang dan masa depan.

Rangkaian acara juga diwarnai dengan pengumuman pemenang lomba kompangan, syair karangan, Bejolo di atas perahu dan lomba masakan tradisional.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts