KILAS JAMBI – Bagi anda penikmat kopi, di Jambi tepatnya di Desa Jambi Tulo, Kabupaten Muara Jambi, ada kopi dengan cita rasa unik. Kopi dengan campuran air nira ini memberikan sensasi berbeda di lidah. Sebutannya juga unik, warga setempat menyebutnya dengan Kopi Tuak.
Untuk menikmati Kopi Tuak, air nira yang digunakan harus benar-benar masih segar yang diambil langsung dari pohon nira di kawasan hutan desa Jambi Tulo, proses pengambilan air nira pun tidak boleh sembarang waktu, air nira atau aren hanya boleh diambil pada pagi atau sore hari. Jika diambil pada siang hari, air nira yang dihasilkan akan terasa masam.
Penyadapan air nira untuk Kopi Tuak ini juga mayoritas dilakukan kaum perempuan, tradisi ini sudah dilakukan warga lokal secara turun temurun.
Hasil sadapan air nira yang diturunkan dari pohon pun tidak boleh diendap, sebab pengendapan akan membuat nira berfermentasi menjadi tuak. Setelah diambil dari pohonnya, air nira dalam wadah jerigen langsung diangkut ke tempat pengolahan Kopi Tuak.
Pengolahan Kopi Tuak dilakukan dengan cara yang sederhana, air nira yang masih segar langsung dijerang di atas tungku api berbahan kayu bakar, proses penjerangan tidak perlu memakan waktu lama. Setelah air nira mendidih lalu dipindah ke dalam wadah teko dan langsung dicampur dengan kopi bubuk, campuran kopi pun tergantung selera, tidak ada takaran khusus, minum kopi tuak akan terasa lebih nikmat jika disajikan di dalam cangkir bambu.
Meski disebut Kopi Tuak, minuman ini dijamin tidak memabukkan dan halal untuk diminum, serta sangat bersahabat bagi perut karena tak menimbulkan efek mual atau kembung, walaupun diminum dengan porsi yang cukup banyak.
Adi Iswanto, warga Peracik Kopi Tuak mengatakan jika Kopi Tuak ini merupakan minuman tradisi leluhur, ia bersama kelompoknya terus berupaya untuk merawat sajian Kopi Tuak, karena warga umumnya kini lebih memilih seduhan kopi yang disajikan secara instant.
Kopi Tuak, menurutnya, mengandung nilai-nilai kearifan lokal, nilai konservasi dan tentu saja nilai ekonomi. Sejak kembali digalakkan, Kopi Tuak makin dikenal dan banyak warga dari luar daerah yang ingin menikmatinya.
Adi berharap, dengan dihidupkannya lagi tradisi Kopi Tuak, mereka bukan bertujuan untuk mencari sensasi tetapi supaya sajian ini bisa dilestarikan, karena ini bagian dari kearifan nenek moyang mereka, sehingga tradisi yang ditinggalkan bisa bermanfaat bagi generasi penerus. (kilasjambi.com)