Mendapatkan Data Kebakaran Lahan Melalui Global Forest Watch

Tampilan menu fires pada laman global forest watch

Oleh: Lili Rambe

Kebakaran lahan dan hutan telah menjadi masalah lingkungan serius di Indonesia dan berdampak secara global. Merujuk pada data World Resource Institute (WRI) Indonesia masuk dalam daftar 10 negara penyumbang emisi gas rumah kaca dunia yaitu sebesar 2%. Kebakaran hutan dan lahan menjadi salah satu penyebab tingginya emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh Indonesia.

Di awal tahun 2020 pandemi Covid-19 melanda dunia. Pemerintah Indonesia memberlakukan berbagai kebijakan di antaranya adalah membatasi kegiatan masyarakat untuk mengurangi risiko penularan penyakit mematikan ini. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengklaim bahwa selama pandemi berlangsung luas areal yang mengalami kebakaran lahan dan hutan menurun tajam yaitu mencapai 82% dari sejak tahun 2015 dimana pada tahun itu kebakaran lahan dan hutan yang dialami oleh Indonesia sangat parah.

Untuk mengetahui trend kebakaran lahan dan hutan di berbagai daerah di Indonesia serta total luas kawasan Indonesia yang terbakar selama masa pandemi ini dapat menggunakan laman Global Forest Watch (www.globalforestwatch.org). Pada laman ini terdapat sebuah peranti yang digunakan untuk memonitoring kondisi hutan di seluruh dunia. Data yang terdapat dalam peranti ini diterjemahkan dalam sebuah peta interaktif yang mampu menampilkan kecenderungan deforestasi, pemulihan hutan, ekspansi bisnis kehutanan dan kebakaran lahan. Peranti ini menyajikan data akses terbuka yang lebih detail jika dibandingkan dengan data kebakaran lahan dan hutan yang dimiliki oleh KLHK.

Langkah pertama yang harus ditempuh untuk mengakses peranti ini adalah membuka aplikasi Google Chrome dan memasukkan alamat laman ini yaitu www.globalforestwatch.org pada kolom URL.

Gambar 1. Membuka laman global forest watch di google chrome

Berikut adalah tampilan halaman depan laman Global Forest Watch:

Gambar 2. Tampilan laman global forest watch

 

 

 

 

Setelah laman Global Forest Watch tampil pada Google Chrome langkah selanjutnya adalah meng-klik menu dashboard.

Gambar 3. Letak menu dashboard pada laman global forest watch

Kemudian pada laman dashboard klik menu pilih negara (select country) Indonesia.

Gambar 4. Tampilan menu dashboard pada laman global forest watch

Pada laman dashboard Indonesia ini terdapat ringkasan informasi mengenai kondisi hutan Indonesia secara umum yaitu pada tahun 2001 Indonesia memiliki hutan primer seluas 93,8 juta hektare yang menutupi 50% daratan Indonesia. Namun pada tahun 2020 Indonesia kehilangan 270 ribu hektare hutan primernya yang setara dengan 208 metrik ton emisi gas rumah kaca.

Kemudian untuk mendapatkan data mengenai trend kebakaran lahan di Indonesia pada laman dashboard Indonesia klik menu kebakaran (fires).

Gambar 5. Tampilan menu fires pada laman global forest watch

Setelah informasi pada menu fires muncul pada browser, scroll ke bawah menuju data daerah yang paling banyak terbakar di Indonesia (regions with the most burned area in Indonesia).

Gambar 6. Tampilan data Regions With The Most Burned Area in Indonesia

Untuk mendapatkan data wilayah provinsi mana yang paling banyak terbakar selama masa secara lengkap klik menu unduh.

Gambar 7. Menu unduh pada tampilan data Regions With The Most Burned Area in Indonesia

Data yang diunduh dari laman ini berformat zip yaitu file yang berisi dataset yang terkompresi. Diperlukan aplikasi untuk mengekstrak file berformat zip agar dapat digunakan.

Gambar 8. Tampilan file zip yang akan diekstrak menggunakan aplikasi pembuka file zip

Setelah file dataset ini diekstrak maka langkah selanjutnya adalah proses cleaning data dengan menggunakan Google Spreadsheet. Tampilan Google Spreadsheet memang terlihat sama dengan aplikasi Microsoft Excel namun Google Spreadsheet memiliki banyak kelebihan untuk proses cleaning data. Dataset yang diunduh dari laman Global Forest Watch adalah file berekstensi .csv (comma separated value) yang bisa langsung dibuka dan langsung memiliki tampilan teratur tanpa harus menggunakan langkah-langkah pengaturan ulang tampilan data seperti ketika menggunakan Microsoft Excel. Selain itu penggunaan Google Spreadsheet juga mempercepat proses editing karena dapat dengan mudah dibagikan serta diedit secara real time.

Proses cleaning data yang harus ditempuh pertama kali adalah membuka dataset yang berisi informasi daerah yang paling banyak terbakar di Indonesia dengan menggunakan Google Spreadsheet. Klik menu file di laman Google Spreadsheet kemudian pilih open. Jika file tersimpan pada laptop pilih menu upload pada laman Google Spreadsheet.

Gambar 9. tampilan google doc upload

Berikut adalah tampilan dataset yang telah dibuka pada Google Spreadsheet.

Gambar 10. Tampilan dataset Regions With The Most Burned Area in Indonesia pada google spreadsheet

 

 

 

 

Dataset ini berisi informasi luas daerah yang terbakar di Indonesia dari tahun 2012. Sementara data kebakaran yang diperlukan hanya data kebakaran selama pandemi Covid 19 berlangsung yaitu dari tahun 2020 hingga 2021. Untuk mendapatkan data kebakaran dari tahun 2020 – 2021 maka pada kolom tahun (kolom C1) diblok kemudian pada klik menu data dan pilih sort sheet by column C, Z→A sehingga data kebakaran diurutkan berdasarkan dari tahun terakhir yaitu tahun 2021.

Gambar 11. Proses mengurutkan data kebakaran dengan menggunakan menu data sort

Berikut adalah tampilan data yang telah melalui proses data sort:

Gambar 12. Tampilan data yang telah melalui proses data sort

 

 

 

 

 

 

Setelah melalui proses sort langkah selanjutnya untuk mengetahui berapa luas kawasan yang terbakar selama pandemi adalah dengan menggunakan formula summary. Gunakan formula summary pada kolom E, kolom yang memuat data luas daerah yang terbakar (=SUM(E2:E39)).

Gambar 13. Tampilan penggunaan formula summary pada dataset

Dari formula summary dapat diketahui bahwa total luas daerah yang terbakar di Indonesia selama masa pandemi adalah 9.189,39 hektare.

Dan untuk mengetahui daerah atau provinsi mana yang mengalami kebakaran paling banyak dapat digunakan dataset yang sama namun tidak seluruh data digunakan cukup data kebakaran dari tahun 2020 hingga 2021. Oleh karena itu data kebakaran tahun 2020-2021 ini di-copy ke sheet yang baru. Pada data di sheet yang baru blok kolom E kemudian klik kanan pada tetikus pilih menu sort sheet Z→A.

Gambar 14. Tampilan proses penggunaan data sort pada kolom E

Setelah proses ini dilakukan maka diketahui jumlah lahan terbakar terluas selama masa pandemi adalah 1.735,49 hektare.

Gambar 15. Tampilan dataset yang telah melalui proses data sort

 

 

Meskipun telah diketahui daerah yang wilayahnya mengalami kebakaran terluas selama masa pandemi dari dataset regions with the most burned area in Indonesia ini namun belum diketahui daerah ini memasuki provinsi mana. Pada dataset ini di kolom B (adm1) hanya terdapat angka yaitu angka 8.

Gambar 16. Tampilan kode angka pada kolom B

Angka ini adalah kode untuk setiap provinsi di Indonesia. Untuk mengetahui arti kode angka ini buka kumpulan dataset yang telah diekstrak sebelumnya. Pilih file adm1_metadata. Buka file ini di Google Spreadsheet. Dari data ini diketahui bahwa angka 8 adalah Provinsi Jambi.

Gambar 17. Tampilan file adm1_metadata

Dari dataset regions with the most burned area in Indonesia yang diunduh pada laman Global Forest Watch ini didapatkan informasi bahwa selama masa pandemi Covid-19 Provinsi Jambi memiliki kawasan terbakar terluas di Indonesia yaitu 1.735,49 hektare. Dapat dikatakan bahwa Provinsi Jambi adalah penyumbang kebakaran lahan sebesar 18,9% dari total luas daerah yang terbakar di Indonesia selama pandemi Covid-19.

Tren Kebakaran Provinsi Jambi 10 Tahun Terakhir

Untuk mengetahui trend kebakaran lahan yang terjadi  di Provinsi Jambi selama 10 tahun terakhir dapat diketahui dengan mengakses dashboard, select country Indonesia. Kemudian select region Jambi.

Gambar 18. Tampilan dashboard select region Jambi

Berikut adalah tampilan laman dashboard Jambi:

Gambar 19. Tampilan dashboard Jambi

 

 

 

 

 

 

 

 

Setelah muncul tampilan ini, scroll kebawah menuju grafik Cumulative Burned Area In Jambi, Indonesia.

Gambar 20. Tampilan Cumulative Most Burned Area In Jambi, Indonesia

 

 

Kemudian klik gambar unduh di sebelah kanan grafik.

Gambar 21. Tampilan gambar unduh data

 

 

 

 

 

 

 

Data yang diunduh berformat zip. Untuk membuka file ini menggunakan aplikasi pembuka file zip untuk kemudian di-ekstrak agar dapat digunakan.

Gambar 22. Tampilan dataset yang masih berformat zip

Setelah di-ekstrak file yang ada dalam dataset yang berjudul modis_burned_area_ha dibuka dengan menggunakan Google Spreadsheet.

Gambar 23. Cara membuka file di google spreadsheet

Berikut adalah tampilan data yang telah dibuka menggunakan Google Spreadsheet.

Gambar 24. Tampilan data dalam google spreadsheet

 

 

 

 

 

Data yang disajikan adalah luas lahan terbakar dari tahun 2001 hingga tahun 2021. Untuk melihat trend kebakaran 10 tahun terakhir maka data diurutkan dengan cara klik kanan di kolom C pilih menu sort sheet A to Z.

Gambar 25. Tampilan menu sort sheet A to Z

Ini adalah tampilan data yang telah melalui proses sort sheet.

Gambar 26. Tampilan data yang telah di sort A to Z

 

 

 

 

 

 

Setelah diurutkan pilih data 10 tahun terakhir (2011-2021) copy pada sheet baru. Caranya copy baris C – E ( C155 – E 299) dan salin di sheet baru.

Gambar 27. Tampilan copy data kebakaran 10 tahun terakhir

Berikut adalah tampilan data yang telah di-copy ke sheet baru.

Gambar 28. Tampilan data yang telah di-copy ke sheet baru

 

 

 

 

 

 

 

Untuk melihat trend kebakaran provinsi Jambi 10 tahun terakhir data yang telah di-copy diubah menjadi pie chart. Caranya adalah blok seluruh data kemudian klik insert pilih menu chart. Setelah menu chart editor muncul di sebelah kanan klik chart type, pilih menu 3D pie chart.

Gambar 29. Tampilan menu chart editor

Berikut adalah chart trend kebakaran lahan di Provinsi Jambi dari tahun 2011 – 2021:

 

 

 

 

Gambar 30. Chart trend kebakaran provinsi Jambi 2011 – 2021             

Dari chart ini dapat dilihat jumlah lahan yang terbakar di Provinsi Jambi selama masa pandemi jauh menurun jika dibandingkan dari 10 tahun terakhir.

Dataset yang diperoleh dari GFW menjadi jembatan keterbatasan publik atas akses data kebakaran lahan di tanah air. Hal ini memberikan peluang bagi kolaborasi antarpihak untuk memperluas cakupan lokus dan memperdalam analisis lanjutan.

Meski demikian, tantangan mendapatkan data GFW adalah dibutuhkan spesifikasi perangkat laptop atau komputer yang mumpuni. Sebab, memuat data berupa peta dari seluruh dunia cukup berat. Selain itu, dianjurkan agar mengakses GFW menggunakan jaringan internet yang bagus. Jika tidak, mengakses laman GFW akan lebih sulit atau lebih lama.

Tantangan lainnya adalah laman ini masih menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama. Hal ini menjadi kendala bagi pengguna dengan kemampuan bahasa Inggris yang pas-pasan. Kemampuan ini penting untuk mengetahui makna setiap terminologi yang dipakai oleh GFW.

*Karya jurnalistik ini didukung sepenuhnya oleh AJI Indonesia bekerja sama dengan USAID dan Internews

 

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts
Read More

Menagih Janji PLTU Semaran

Sarolangun, Kilasjambi.com- Komunitas Semaran Bersatu dan sejumlah organisasi masyarakat sipil menghimpun dukungan untuk menyuarakan hak masyarakat serta meminta…