Membangunkan Lahan Tidur di Tanjab Timur

Sejumlah petani perempuan sedang menanam di lahan rawa di Desa Pandan Lagan, Tanjab Timur, Jambi, Kamis (11/7/2024). Lahan tersebut dulunya terlantar selama 20 tahun. (Kilasjambi.com/Gresi Plasmanto)

Jambi, Kilasjambi.com– Setelah 20 tahun tak pernah beraktivitas menanam padi, kini warga Desa Pandan Lagan, Kecamatan Geragai, Kabupaten Tanjungjabung Timur, Jambi, mulai kembali menanam. Di lahan seluas satu hektare itu, kader kelompok tani Udara Bersih Indonesia (UBI) membangunkan lahan desa yang tidur.

Di atas lahan rawa yang dulunya sempat terlantar dan dikelilingi kebun kelapa sawit, warga desa membukanya dengan sistem irigasi parit. Setelah lahan dibuka, mereka menanam perdana padi jenis MR.

“Warga di sini tidak pernah menanam padi selama 20 tahun karena booming sawit,” kata Prijal, Koordinator Program Udara Bersih Indonesia (UBI) Kabupaten Tanjab Timur dalam tanam perdana di Pandan Lagan, Kamis (11/7/2024).

Program UBI yang digagas Yayasan Farmer Initiatives for Ecological Livelihoods (Field) bertujuan untuk meningkatkan ekonomi petani melalui penerapan praktik pertanian yang dapat mewujudkan udara bersih.

Program ini menerapkan sistem mulsa tanpa olah tanah dan bedengan kayu. Sasaran program ini diperuntukkan bagi petani terutama petani padi dan petani holtikuktura.

Melalui tanam perdana itu, Prijal mengatakan, petani menerapkan sistem mulsa tanpa olah tanah atau mulsa organik. Sistem ini menggunakan sisa rumput dan tanaman yang berada di sekeliling lahan.

Sistem ini sebelumnya telah mereka praktikkan melalui budidaya holtikuktura; kacang panjang dan sayur-mayur. Melihat banyak keekonomisan karena murah dan ramah, akhirnya mereka pun bernisiatif menerapkannya dengan budidaya padi di lahan rawa.

Petani sedang menanam padi di lahan rawa di Desa Pandan Lagan, Tanjab Timur, Jambi, Kamis (11/7/2024). Lahan tersebut dulunya sempat terlantar dan kini berhasil mereka garap kembali. (Kilasjambi.com/Gresi Plasmanto).

“Di lahan rawan kalau musim kemarau kering, sehingga dengan mulsa organik ini lahan tetap basah,” kata dia.

Di lahan tersebut kata dia, diolah melalui kelompok tani yang juga kader UBI. Dalam satu hektare mereka menanam dengan 10 kilogram padi jenis MR. Padi jenis ini dipilih karena memiliki masa panen yang cepat.

“Kalau di padi ini belum ada hasil. Kami pilih padi jenis ini karena umur 120 hari bisa panen,” kata Prijal.

Di desa yang berada tak jauh perusahaan minyak raksasa Petrochina, pertanian di Desa Pandan Lagan memiliki tantangan tersendiri sejak dua dekade terakhir. Ditambah lagi sektor perkebunan kelapa sawit juga lebih digandrungi petani karena nilai ekonomi yang tinggi dibanding padi.

“Inisiatif menanam padi ini bisa jadi solusi untuk ketahanan pangan daerah,” kata Feki Okrizal Fasilitator Yayasan Field Indonesia untuk Provinsi Jambi.

Lewat metode mulsa organik ini, Yayasan Field menawarkan solusi supaya bisa memberikan dampak positif dari segi lingkungan dan produktivitas hasil tani.

Mulsa adalah material yang dapat digunakan untuk menutup bedengan tanam. Feki mengatakan, motode mulsa tanpa olah tanah (MTOT) atau mulsa organik bisa menjadi praktik baik bagi para petani.

Mulsa organik kata dia, mendatangkan banyak manfaat, seperti; menghemat biaya produksi karena bahannya mudah didapatkan. Mudah terurai, dan bisa meningkatkan kandungan organik dalam tanah.

“Selain praktik pertanian ramah lingkungan, kami juga berharap melalui sistem yang kami kembang ini bisa meningkatkan gairah sektor pertanian holtikultura di tengah maraknya alih fungsi lahan pertanian,” ujar Feki.

Alih Fungsi, Sawah di Tanjab Timur Berkurang 41 Persen

Sektor pertanian di Tanjab Timur sedang tidak baik. Kabupaten paling timur di Provinsi Jambi itu sedang menghadapi alih fungsi lahan pertanian yang tak bisa dibendung.

Sekretaris Dinas Tanaman Pangan dan Holtikuktura Kabupaten Tanjab Timur, Arna, mengakui alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit menjadi persoalan yang pelik. Namun, ia mengaku tak memaksakan masyarakat untuk mempertahankan lahan pertaniannya.

Booming perkebunan sawit memang kita akui membuat sektor pertanian menurun,” kata Arna.

Hasil pengukuran yang dilakukan pada 2019, lahan pertanian di Tanjab Timur kini tinggal 10 ribu hektare dari sebelumnya mencapai 17 ribu hektare.

Prijal, Koordinator Kader Program Udara Bersih Indonesia (UBI) Kabupaten Tanjab Timur, Jambi. (Kilasjambi.com/Gresi Plasmanto)

Arna mengapresisasi pendampingan yang dilakukan Yayasan Field Indonesia. Hal ini kata dia, bisa meningkatkan motivasi petani untuk terus produktif dalam mendukung produksi pertanian.

“Seperti yang kita lihat pagi ini, lahan tidur bisa dimanfaatkan kembali. Sekarang kalau mau nambah lahan agak susah, tapi tetap diupayakan lahan pertanian yang ada tetap dipertahankan,” kata Arna.

*Untuk Informasi Program Udara Bersih Indonesia dapat menghubungi: Feki Okrizal (082375344817) atau membuka akun media sosial Facebook: Field Udara Bersih, Instagram: udarabersihindonesia Website: www.ubifield.my.id

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts