Universitas Islam Negeri Sulthan Taha Saifuddin Jambi tahun 2023 mengadakan program KUKERTA yang bertujuan untuk mengabdikan diri kami kepada masyarakat. Posko 26 terdiri dari 20 Mahasiswa dan di dampingi oleh Dosen Pembimbing Lapangan yaitu Dr Sophia Rahmawati.,M.Pd yang melaksanakan KKN di desa Benteng Rendah, Kecamatan Mersam, Kabupaten Batanghari Jambi.
Program ini disambut baik oleh kepala desa Bapak Herman dan masyarakat setempat. Mahasiswa diperkenalkan dan juga ikut berpartisipasi dengan kebudayaan yang masih dilestarikan oleh masyarakat setempat. Sesuai dengan salah satu program KKN yaitu Penggiat Literasi, dengan harapan yaitu mewujudkan generasi mengenal serta menghargai kebudayaan di Jambi pada khususnya.
Salah satunya tradisinya yaitu adalah “Naik Garudo”, tradisi yang masih dilestariakan pada setiap belarak (arakan) pengantin. Garudo sendiri merupakan sejenis alat tandu yang tebuat dari kayu maupun bambu dengan bentuk seperti replika burung garuda, yang di gunakan untuk membawa kedua mempelai yang mana kedua mempelai menaiki tandu yang berbentuk replika garuda tersebut, kemudian digotong atau dipikul oleh banyak orang laki-laki.
Kedua mempelai duduk di atas Garudo dan diarak oleh masyarakat setempat dengan diiringi tabuhan hadrah, dan dikawal oleh debalang bertopeng.
Belarak pengantin “Naik Garudo” diawali dengan mempelai perempuan beserta perwakilanya menuju ke tempat si mempelai laki-laki. Setibanya di rumah laki-laki kedua mempelai melakukan sesi photo bersama. Selanjutnya kedua mempelai berangkat menuju ke tempat mempelai perempuan, dan sebelum tibanya kedua mempelai di rumah mempelai perempuan, mereka akan diarak terlebih dahulu dengan teradisi masyarakat Mersam yaitu “Naik Garudo”.
Arak-arakan menggunakan Garudo ini, menggunakan kelengkapan layaknya seorang raja. Dan Garudo sendiri berfungsi sebagai “kereta kencana raja sehari” yaitu pasangan pengantin pada hari itu. Dan Garudo sendiri merupakan salah satu atribut dari sekian banyak atribut adat pernikahan yang digunakan dalam tradisi adat pernikahan di Kecamatan Mersam, khususnya bagi masyarakat desa Benteng Rendah.
Sambil diiringi lantunan Salawat Nabi SAW oleh kerabat dan para undangan, Garudo dipikul beberapa orang menuju rumah pengantin wanita. Sesekali Garudo digoyang-goyang ke kiri atau ke kanan, maju atau mundur, seakan memberi kesan Garudo sedang terbang.
Terdengar riuh sorak sorai para undangan dan kerabat menyaksikan atraksi Garudo digoyangkan Setelah sampai di rumah mempelai wanita, rombongan arak dan iringan tersebut disambut dengan pencak silat dan alunan irama qasidah yang dilantunkan oleh qori, Bahkan biasanya juga disambut dengan tarian dari debalang bertopeng.
Setelah kedua mempelai sampai ke tempat mempelai perempuan, lalu kedua mempelai digendong turun dari Garudo. Selama prosesi ini kedua mempelai tak diperkenankan menginjak tanah. Mempelai kembali digendong menuju pelaminan. Kemudian kedua mempelai duduk bersanding.
Tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat di Kecamatan Mersam, khususnya pada desa Benteng rendah seperti “ Naik Garudo” merupakan salah satu tradisi kebudayan yang ada di Provinsi Jambi.
Penting juga bagi kita untuk melestarikan serta memperkenalkanya ke masyarakat luar. Agar budaya tradisi ini tidak punah seiring perkembanganya zaman.
Penulis: Suwandy