Industri Semen Baturaja di Kawasan Karts Bukit Bulan Ancam Warga Kesulitan Air dan Pangan

KILAS JAMBI – Rencana aktivitas tambang yang dilakukan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk di kawasan Karts Bukit Bulan, Sarolangun, mengancam sumber mata air warga dan juga berimbas terhadap kedaulatan pangan.

Direktur Walhi Jambi, Rudiansyah mengatakan dalam wilayah izin BUMN itu, ada sembilan aliran sungai. Salah satu di antaranya, aliran Sungai Batang Limun. Semua sungai itu mengalir ke Sungai Tembesi dan tembus ke Sungai Batanghari.

Dikatakan Rudiansyah, ada jutaan orang bergantung pada sumber air itu. Untuk hidup dan mengaliri sawah dan pertanian lainnya.

“Kedaulatan pangan kita terancam semen,” kata Rudiansyah.

Dijelaskannya, jika dampak kerusakan lingkungan yang muncul adalah masyarakat akan kesulitan air, lalu produktivitas pertanian menurun bahkan hilang dan keamanan masyarakat sekitar terancam.

“Tingkat kesehatan masyarakat terancam, udara di sana tidak lagi sehat. Kemudian bencana banjir bandang setiap saat dapat terjadi, sebab berkurangnya daerah resapan air,” kata Rudiansyah.

Kondisi makin diperparah dengan adanya aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI) di sekitar Sungai Batang Limun, makin membuat masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih dan penyempitan lahan pertanian.

Apalagi, kata Rudi, setelah izin PT Semen Baturaja turun, yakni November 2019 sampai dengan 2039, dengan bahan tambang mineral bukan logam (batu gamping) di lahan seluas 1.554,83 hektar.

Izin tambang Semen Baturaja melingkupi Desa Meribung, Desa Mersip, Desa Berkun, dan Desa Napal Melintang.

“Kita takut terjadi konflik,” kata Rudi menegaskan.

Menurut Rudi, pemberian izin industri semen di kawasan ekosistem karst Bukit Bulan, bertolak belakang dengan semangat UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang mana ekosistem karst merupakan ekosistem penting yang harus dilindungi.

Bentang alam karts berfungsi menyerap karbon yang mencemari udara dalam jumlah besar, yaitu sekitar 13,482 giga gram per tahun. Kawasan karts sangat penting untuk ketersediaan air. Menurutnya karts memiliki fungsi untuk menyimpan cadangan air pada musim kemarau.

Selanjutnya pada kawasan Bukit Bulan tercatat ada 100 lebih gua, termasuk gua berair atau sungai bawah tanah, seperti Gua Calau Petak merupakan gua berair dengan lorong yang panjang mempertemukan dua desa.

Hasil penelitian Balai Arkeologi Sumatera Selatan terhadap 82 gua dan ceruk di Bukit Bulan, 20 di antaranya merupakan situs gua hunian dan mengekskavasi 46.271 spesimen. Ditemukan lukisan pada dinding gua yang diperkirakan usianya ribuan tahun.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas ESDM Provinsi Jambi, Karel Ibnu Suratno dalam seminar daring “Tinggalan Arkeologi di Bukit Bulan, Potensi, dan Tantangan Pelestariannya” yang diadakan Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komda Sumbagsel, mengatakan, perizinan PT Semen Baturaja saat ini telah memasuki tahap operasi produksi.

Dari izin yang diberikan, sambung Karel, izin PT Semen Baturaja tersebut meliputi izin eksplorasi dan operasi produksi. Izin operasi produksi, kata Karel tahapannya mulai dari kontruksi, pemurnian sampai pengangkutan.

Untuk melindungi Karts Bukit Bulan, Karel tidak menyinggung apa yang dilakukan perusahaan, melainkan yang dilakukan pemerintah yakni menetapkan Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) melalui Keputusan Menteri ESDM No 1982 K/40/MEM/2018 tentang penetapan Kawasan Bentang Alam Karst.

Dalam surat keputusan yang dikeluarkan 22 Oktober 2018 itu, KBAK Bukit Bulan Sarolangun, Jambi, meliputi zona Maribung, Napal Melintang seluas 257,6 hektare dan zona Mersip seluas 49,54 hektare. Penetapan KBAK tersebut dikeluarkan untuk melindungi kawasan karst.

Vice President Corporate Secretary, PT Semen Baturaja (Persero) Tbk, Basthony Santri menuturkan perusahaan mempertimbangkan kondisi pandemi Covid-19 dan oversupply produksi semen nasional.

“Maka Semen Baturaja melakukan penundaan pelaksanaan sejumlah CAPEX, termasuk pembangunan pabrik semen di Bukit Bulan Sarolangun untuk sementara waktu,” kata Basthony.

Dengan nilai investasi pembangunan pabrik senilai Rp3-5 triliun. Nantinya, kehadiran Semen Baturaja di Sarolangun diharapkan dapat menggerakkan perekonomian masyarakat setempat dengan terbukanya akses mobilisasi masyarakat dan lapangan pekerjaan.

Basthony meyakini operasi produksi semen tidak mengganggu sumber air dan ekosistem kawasan Karts Bukit Bulan.

Sejalan dengan visi perusahaan, sambung Basthony, Baturaja menjadi produsen semen yang berwawasan lingkungan. Sehingga, setiap rencana investasi dan pengembangan perusahaan tentunya senantiasa memperhatikan kelestarian alam dan lingkungan di sekitar wilayah operasinya.

“Kita manajemen berkomitmen akan tetap mempertahankan kelestarian KBAK sebagai kawasan lindung dan tidak akan dilakukan penambangan,” kata Basthony.

KBAK seluas 300 hektar itu awalnya pada wilayah IUP perusahaan, tetapi dikeluarkan demi kepentingan perlindungan karts Bukit Bulan. (swd)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts
Read More

Menagih Janji PLTU Semaran

Sarolangun, Kilasjambi.com- Komunitas Semaran Bersatu dan sejumlah organisasi masyarakat sipil menghimpun dukungan untuk menyuarakan hak masyarakat serta meminta…