Filosofi Merdeka pada Kurikulum Merdeka

Ariyandi Batu Bara

Oleh: Ariyandi Batu Bara, S.Ud., M.Ud

FILOSOFI artinya adalah ilmu filsafat (Badudu-Zain, 1996 : 407). Filsafat sendiri memiliki makna yaitu radix (akar) (Suriasumantri, 1982 : 20. Dengan demikian, maka filosofi bisa dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dalam berpikir hingga ke akar persoalan, sehingga ditemukan makna terdalam dari hal (objek) yang dipikirkan. Jika dikaitkan dengan konteks judul esai ini, maka penulis hendak memikirkan apa sebenarnya makna merdeka yang sejati pada kurikulum merdeka itu? Inilah dasar kegelisahan akademik penulis hingga munculnya tulisan ini.

Merdeka artinya kesetaraan sebagai manusia. Tidak ada manusia yang merasa superior dan yang lain adalah inferior. Relasi kemerdekaan dalam konteks pendidikan bisa dipahami bahwa seluruh warga persekolahan yang berada dalam suatu unit pendidikan, adalah setara. Mereka semua adalah manusia yang merdeka, baik itu: peserta didik, tenga kependidikan, stakeholders (pentaheliks), dan tentu saja tenaga pendidik itu sendiri. Sehingga dengan demikian, semua akan saling bekerja sama (melalui total quality management) demi terwujudnya kecerdasan generasi sebagai salah satu amanat dari kontitusi bangsa Indonesia.

Kurikulum Merdeka dalam pandangan penulis dinilai mampu untuk mewujudkan cita-cita di atas, dikarenakan melalui kurikulum tersebut, ada berbagai macam konsep/gagasan yang kompatibel dengan prinsip filsafat kemerdekaan itu dengan terminology penting di antaranya: diferensiasi siswa, pembelajaran berbasis project bahkan sampai kepada profil pelajar Pancasila.

Kurikulum Merdeka meniscayakan terjadinya proses KBM yang bermakna sekaligus menyenangkan. Skema pembelajaran yang berdiferensiasi, akan menjadikan semua siswa istimewa. Sehingga kesan yang diberikan dalam setiap materi pembelajaran oleh guru akan ditangkap dengan cara berbeda (baca: keunikan masing-masing siswa) yang akan menjadikan pembelajaran di kelas akan terasa menyenangkan. Karena dalam hal ini, guru benar-benar akan memahami siswa yang berbeda di kelasnya.

Kurikulum Merdeka juga meniscayakan siswa menjadi “merdeka” dalam mengambil keputusan apa yang terbaik untuk diri mereka. Ini penting, sebab kemamuan mengenal diri adalah hal mutlak yang harus dijawab oleh peserta didik sebagai bekal mereka di masa depan. Dengan demikian, sekolah akan benar-benar menjadi wadah yang dapat dimaksimalkan oleh siswa untuk mengasah hal terbaik yang ada pada dirinya. Penulis meyakini, bahwa Kurikulum Merdeka akan ikut bertanggung jawab dalam menyiapkan bangsa Indonesia dalam menyongsong bonus demografi ke depan.

 

ariyandibatubara@uinjambi.ac.id

(Dosen Filsafat Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts