Fesmed 2019: Kami Menyambutnya Dengan Sekapur Sirih

 

Kami susun jari nan sepuluh
Kami tundukkan kepala nan satu
Kami atur sembah nan sebuah

Tanggo lah kami tegakkan 
Lawang lah kami buka
Tikar lah kami bentang pula
Silakan datuk-datuk masuk ke rumah kami!

Inilah syair-syair singkat yang dalam adat Melayu Jambi disebut seloko. Biasanya seloko seperti ini digunakan masyarakat Melayu Jambi untuk menyambut kedatangan tamu-tamu nan agung.

Rabu 7 Agustus, sekitar pukul 20.00 WIB di Jakarta, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia mengumumkan Festival Media (Fesmed) 2019 akan diselenggarakan di Provinsi Jambi dan tuan rumahnya AJI Kota Jambi. Fesmed ini akan diselenggarakan 16–17 November 2019 dengan mengusung tema besar Literasi di Era Disrupsi.

Genderang Fesmed 2019 telah ditabuh. AJI Kota Jambi menghaturkan ribuan terimakasih karena telah dipercaya menjadi tuan rumah untuk acara tahunan ini. Sebagai tuan rumah, AJI Kota Jambi memang saat ini telah mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan tamu nan agung.

Tamu nan agung ini, tak lain dan tak bukan adalah kawan-kawan jurnalis AJI se-Indonesia, disamping tamu undangan lainnya. Sebagai tuan rumah, kami merasa perlu menyambut kedatangan tamu-tamu nan agung dengan seloko dan sekapur sirih. Termasuk juga memberikan kenyamanan kepada kawan-kawan semua yang datang.

Sekapur sirih ini digunakan masyarakat Melayu sebagai simbol menyambut tamu dan memberikan penghormatan kepada tamu.

Kita semua tahu acara tahunan ini selalu ditunggu bagi kawan-kawan jurnalis AJI. Bahkan tak jarang dari mereka ada yang menabung demi datang menghadiri festival ini. Sehingga, kami pun bertekad memberikan yang terbaik kepada tamu-tamu nan agung ini.

Kami yakin dan percaya Festival Media bukan sekadar acara seremonial belaka. Tapi di dalam acara ini terpancar dan memberikan semangat kepada jurnalis untuk senantiasa profesional dan independen di tengah situasi disrupsi saat ini.

Di samping sesuai dengan tema besar Fesmed, seyogiannya Literasi di Era Disrupsi ini kita tidak boleh melupakan sejarah dan budaya. Di era sekarang ini kita perlu merekam jejak peradaban masa lampau agar tak tergerus perkembangan teknologi.

Di tengah disrupsi dan tak ingin meninggalkan sejarah dan perdaban masa lampau, kami pun sengaja mengambil logo Fesmed dengan fauna, yakni Dua Angsa atau di daerah kami lebih terkenal dengan Angso Duo yang beriringan. Konon binatang ini punya nilai sejarah dan makna yang dalam.

Makna Logo Fesmed

Logo Festival Media 2019, kali ini tak bisa dilepaskan dari sejarah pada masa itu. Adalah Angso Duo yang beriringan. Angso Duo ini menjadi binatang yang melegenda di daerah kami dan sarat dengan nilai-nilainya.

Sebelum Angso Duo diputuskan menjadi logo Fesmed, memang tak dipungkiri diantara kami terjadi perdebatan panjang. Namun, akhirnya kami semua sepakat dengan logo ini karena berkat keselarasan yang terpancar dari sosok fauna ini.

Merujuk pada sejarah, Angso Duo ini dikisahkan untuk menentukan “Tanah Pilih” yang kini menjadi Kota Jambi. Sekarang kota ini pun dikenal dengan julukan “Tanah Pilih Pusako Betuah”

Angso Duo juga memiliki filosofi tentang saling membutuhkan dan keselarasan antara manusia dan binatang. Sesama makhluk tentu kita harus saling menghormati, termasuk kepada binatang.

Selain itu, angsa juga menjadi simbol yang sangat populer dan berkaitan dengan Dewi Saraswati (Dewi pengetahuan, kesenian, kebijaksanaan dan insipirasi). Coba dilihat gambar Dewi Saraswati, di sana Dewi Saraswati selalu terlihat bersama angsa sebagai kendaraannya.

Angsa melambangkan penguasaan atas Wiweka (daya nalar) dan Wairagya yang sempurna dan memiliki kemampuan memilih susu di antara lumpur, memilih antara yang baik dan buruk.

Artinya, sebaiknya kita sebagai jurnalis harus bisa menyaring sumber informasi untuk disajikan kepada publik, di tengah banjirnya informasi di era sekarang ini, yang semua serba klik.

Juga sebagaimana kita ketahui angsa berenang di air tanpa membasahi bulu-bulunya. Ini memiliki filosofi yang bijaksana dalam menjalani kehidupan.

Kami menilai Tema Fesmed, Literasi di Era Disrupsi ini selaras dengan makna filosofi dari logo Angso Duo yang kami pakai. Literasi di Era Disrupsi ini bisa menjadi refleksi jurnalis agar menjadi “kendaraan suci” dengan tetap pada tripanji AJI, dan untuk tetap pada idealisme independen yang dibangun sejak awal.

Media dan jurnalis adalah menjadi orang yang bijaksana, tanpa terbawa arus di tengah disrupsi. Jurnalis juga harus senantiasa bijaksana pada kebenaran dan memiliki daya nalar di tengah merebaknya Fake News, Hoaks di era disrupsi sekarang ini.

Tak ingin berpanjang lebar. Atas dasar penyelenggaraan Fesmed 2019 ini, kami dengan bangga dan terbuka sesuai seloko di atas, mengundang masyarakat Jambi, kawan-kawan AJI semua untuk datang ke negeri kami, kita belajar bersama-sama.

Sampai bertemu dan selamat datang di Tanah Pilih pada bulan November 2019 nanti ya…

Gresi Plasmanto

*Penulis Adalah Anggota AJI Kota Jambi

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts