KILAS JAMBI – Diskusi publik di Universitas Nurdin Hamzah (UNH), Kamis (7/11/24) memunculkan beragam pandangan terkait keberlanjutan lingkungan dan perekonomian daerah. Diskusi publik ini menjadi kesempatan untuk menilai visi-misi para calon gubernur dan wakil gubernur Jambi, khususnya terkait dengan upaya menjaga kelestarian lingkungan bagi generasi mendatang.
Tema keadilan lingkungan menjadi perhatian utama untuk menggali bagaimana masing-masing pasangan calon berkomitmen mengatasi persoalan lingkungan yang kompleks di Jambi, mengingat tingginya tingkat deforestasi dan kerusakan ekosistem di Provinsi Jambi yang dampaknya dirasakan langsung masyarakat dan keberlanjutan sumber daya alam.
Suang Sitanggang dari SIEJ Jambi menyoroti eksploitasi lahan gambut di Jambi oleh koorporasi, menurutnya pengelolaan lahan gambut butuh perlakuan khusus. Ia juga menyinggung penanganan sampah. Termasuk soal kelestarian Sungai Batanghari yang semakin tercemar.
“Jika kita melihat kembali trek record Al Haris kinerjanya lima tahun ke belakang, misinya adalah Sungai Batanghari bersih. Pertanyaan kita hari ini adalah apakah Sungai Batanghari saat ini bersih? Sampai saat ini tidak ada kebijakan nyata yang dibuat, Sungai Batanghari semankin hancur,” kata Suang.
Lalu kapitalisasi lahan, lanjutnya, sampai saat ini saya tidak melohat lahan itu, kita tidak menemukan apa yang sudah dilakukan untuk lingkungan jambi timur yang lebih baik. Kita belum menemukan upaya al-haris untuk lingkungan selama menjabat sebagai bupati,”. Ujar Suang”.
Suhendri, Akademisi UNH membahas soal Pengawasan Agro Wisata yang merupakan satu visi-misi dari paslon nomor urut 1 Romi-Sudirman. Ia meminta paslon 1 membuat kebijakan seperti penerapan agro wisata di Tangkit dengan komoditi nanas.
“Jadi agro wisata yang terdapat di Tangkit merupakan pengolahan lokal tanah gambut, memanfaatkan lahan dengan menanam nanas dengan tidak merusak lingkungan setempat,” kata Suhendri.
Sementara, Ismet yang merupakan aktivis lingkungan mengatakan bila persoalan lingkungan di Jambi sangat komplit. “Sungai diracuni, hutan ditebangi, dan masyarakat adat dikriminalisasi,” katanya.
“Kita harus melakukan perubahan terhadap diri sendiri jangan mengharap pada pemerintah, dari dua kandidat belum tampak lima tahun ke depan menjadi apa. Lingkungan punya hak hidup, Hak asasi Lingkungan. Lingkungan tidak harus di perjuangkan mereka memiliki hak sendiri namun manusia yang merusak mereka,” kata Ismet.
Kritik tajam juga disampaikan Robert Aritonang dari Warsi. Ia menilai kebijakan yang mengabaikan perlindungan lingkungan akan berdampak buruk pada masyarakat. Politik yang tidak memperhatikan kebijakan lingkungan jangka panjang bisa merusak alam.
“Contohnya ekspor batu bara yang tidak terkontrol,” katanya.
Marsel, Mahasiswa UNH turut memberikan pandangan dengan mempertanyakan ketidakhadiran kedua paslon kedua dalam diskusi publik ini meskipun telah diundang, menurutnya ini mencerminkan ketidaksiapan mereka untuk memimpin.
“Apa karena takut bertemu dengan mahasiswa,” kata Marsel.
Bedriyanto, Mahasiswa UIN Jambi, turut menyoroti masalah infrastruktur di Tanjab Timur, terutama di Kecamatan Sadu, kawasan yang sering terdampak kerusakan lingkungan akibat eksploitasi kondisi tanah gambut.
“Romi saat menjabat Bupati Tanjab Timur mengakui masalah ini, namun hanya menyarankan pembentukan kelompok masyarakat peduli lingkungan untuk menjaga kelestarian daerah tersebut,” kata Bedri..
Nurbaya dari Yayasan Setara Jambi memberi tanggapan dengan menekankan pentingnya pengelolaan tanah gambut pada di Tanjab Timur, serta mengedukasi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan isu lingkungan.
Diskusi ini mengungkapkan betapa pentingnya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan sebagai tantangan besar bagi Gubernur Jambi terpilih di masa depan.
Penulis: Bedriyanto dan Putri Marisa
Mahasiswa Magang Prodi Jurnalistik Islam, Fakultas Dakwah, UIN STS Jambi