Sirih Pinang dan Kearifan Warga Lokal yang Terlewatkan Tim Evakuasi Kapolda Jambi

Tim evakuasi melakukan persiapan di Bandara Sulthan Thaha Jambi untuk melakukan penyelamatan Kapolda Jambi dan rombongan melalui jalur udara, foto: Dayat

Bentuk dari penjagaan dan menjalin hubungan dengan alam, ada beberapa tempat yang diyakini masyarakat adat, sebagai kawasan ‘terlarang’ yang tak sembarang orang bisa masuk. Kuncinya adalah saling menghormati untuk memuliakan mahluk di sekalian alam.

KILAS JAMBI – Mendung dan kabut menyelimuti langit Desa Tamiai. Sementara di ujung langit, di kaki bukit Tamiai, kabut yang lebih tebal merambat. Dan seolah enggan beranjak pergi.

Kondisi itu tergambarkan dari tayangan video singkat yang dikirim Kades Pasar Tamiai kepada saya, Selasa pagi, 21 Februari 2023.

Di puncak bukit Tamiai inilah lokasi helikopter milik Polri jenis Bell 412 SP Reg P-3001 yang mengangkut Kapolda Jambi, Irjen Pol Rusdi Hartono dan rombongan, mendarat darurat.

48 jam sudah proses pencarian dan evakuasi berlangsung hampir, yakni sejak Minggu pagi, 19 Februari 2023 pukul 10.10 WIB sampai Selasa pagi, 21 Februari 2023 pukul 09.40 WIB.

Kondisi cuaca yang berkabut, menyulitkan proses evakuasi melalui udara. Namun Kapolda Jambi dan rombongan yang mengalami cidera sudah mendapatkan penanganan medis dari tim dokter kesehatan Polri. Personel TNI dan Basarnas juga siaga di lokasi kejadian.

Namun menurut Depati Muara Langkap, Mukhri Soni, ada yang terlewatkan dari proses evakuasi. Ia mengatakan yang terlewatkan itu adalah kearifan lokal masyarakat dan larang pantang dalam hutan.

“Kita tidak mau merintangi evakuasi dan semoga proses evakuasi hari ini berjalan lancar. Tapi ada yang terlewatkan dari evakuasi ini,” kata Mukhri Soni melalui sambungan telepon, Selasa (21/2/2023).

Dirinya menyadari kondisi darurat memang kadang membuat tindakan harus cepat, termasuk menggunakan teknologi GPS, yang memotong jalur sehingga jarak dan waktu perjalanan bisa dipotong.

Ada Larang Pantang

Menurut Mukhri Soni, ada larang pantang yang dilanggar. Renah si Hijau dan Gunung Betuah itu terlarang dimasuki sembarang orang.

“Seharusnya jalur heli itu cukup mengikuti alur sungai Batang Merangin. Namun ini sudah terlalu jauh ke kiri,” ,” kata Datuk Soni.

“Jarang heli atau pesawat yang selamat melintas di atas Gunung Betuah dan Renah si Hijau,” katanya menambahkan.

Masih menurutnya, tim evakuasi seharusnya memuliakan kearifan leluhur dengan menghormati alam dan tanah sekitar yang berhutan dan berbukit.

“Secara adat seharusnyo minta tolong ke kami Depati Muaro Langkap, melalui sirih sekapur,” tegasnya.

Datuk Soni menjelaskan sirih sekapur atau pinang ini bermakna minta izin, minta dimudahkan. Setelah bertemu dengan penguasa wilayah adat, maka depati sebagai perantara yang meminta hajat, berkomunikasi dengan seluruh lapis mahluk hidup yang berada di bukit, lokasi helikopter Kapolda Jambi, jatuh.

“Tidak banyak, ini sebagai tanda kita menghormati alam raya seperti membawa sirih selembar, pinang. Ya selayaknya seperti sirih orang mengundang,” kata Datuk Soni.

“Kito kasihan pada petinggi yang tersandera cuaca buruk,” katanya lagi.

Evakuasi Terhalang Kabut Tebal

Proses evakuasi rombongan Kapolda Jambi sebelumnya sempat dihentikan sementara, Senin 20 Februari 2023. Penghentian karena terdapat kabut tebal yang datang secara tiba-tiba saat helikopter datang untuk mengevakuasi.

“Kurang lebih 10 kilometer awalnya (jarak pandang). Tapi saat di atas titik koordinat timbul kabut yang tebal dan ada angin kencang. Tidak terlihat lagi ke bawah,” ujar Kepala Operasi Basarnas Jambi, Manca.

Para korban terpaksa menginap di tenda darurat dalam kondisi terluka. Rombongan ini dijaga dan dirawat dua tim SAR yang datang dari jalur darat, serta satu tim yang datang dari jalur udara, yang totalnya sekitar 30 orang.

Kesulitan evakuasi melalui jalur udara karena faktor cuaca juga diakui Kabid Humas Polda Jambi, Kombes Pol Mulia Prianto. Ia mengatakan sudah tiga hari proses evakuasi Kapolda Jambi dan rombongan yang lagi berada di tengah hutan.

“Pagi tadi sekitar pukul 07.00 WIB, heli dari Baharkam Polri menuju lokasi lakukan evakuasi. Namun karena cuaca yang masih berkabut, sehingga heli kembali lagi ke Posko Merangin untuk melakukan pengisian bahan bakar,” kata Mulia Prianto, Selasa pagi.

Kemudian pada pukul 09.00 WIB, helikopter dari Baharkam Polri yang kedua kembali menuju ke lokasi dengan membawa peralatan Hoist.

“Namun, sampai sekarang masih belum bisa menurunkan peralatan untuk evakuasi karena cuaca masih berkabut,” kata Mulia.

Saat ini, tim evakuasi masih menunggu kabut menipis untuk melakukan evakuasi. “Apabila ada peluang, kita langsung turunkan personel,” katanya.

Sedangkan untuk kondisi Kapolda Jambi dan rombongan dalam berapa hari ini dalam keadaan sehat dan selamat. “Kita sudah komunikasi dengan tim yang ada di lokasi, dirinya mengabarkan bapak Kapolda dan rombongan pada sehat semua saat ini,” ujarnya.

Dikatakannya, saat ini tim udara juga memantau kondisi cuaca di wilayah tersebut dan jika ada peluang bisa evakuasi langsung dilakukan evakuasi.

“Saat ini kesulitan terbesar kita dalam evakuasi yaitu faktor cuaca yang sulit diprediksi dan  selalu berubah-ubah, jadi kita lagi menunggu,” kata Mulia.

Para korban kecelakaan ini, yaitu Kapolda Jambi Irjen Rusdi Hartono, Direktur Reskrimum Polda Jambi Kombes Pol Andri Ananta Yudistira, Direktur Polairud Polda Jambi Kombes Michael Mumbunan, Koorspri Polda Jambi Kompol Ayani, dan ADC Kapolda Jambi, serta 3 orang kru. (suwandi wendi)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts