Refleksivitas Tentang Ramadan

Retno Sari

Oleh: Retno Sari*

Ramadan telah menyapa umat Islam di seluruh penjuru negeri. Tak terasa Ramadan sudah memasuki minggu kedua. Namun, sudahkah umat Islam melakukan ibadah semaksimal mungkin untuk meraih kemenangan dan menambah ketaqwaan kepada Allah SWT? Sudahkah kita membersihkan diri dari segala nafsu duniawi? Atau malah menjadi pribadi yang sama saja dari sebelumnya? Suatu refleksi yang penting untuk kita tanyakan pada diri kita masing-masing.

Ada orang khilaf dan terlupa telah bahwa ia telah melakukan dosa dengan sadar atau pun tanpa sadar. Katanya puasa, tetapi bergunjing, berbohong, bahkan pacaran. Tak perlu jauh-jauh, di sekitar kita, banyak kalangan remaja sekarang yang berpacaran tapi dengan label katanya “pacaran halal.” Dalihnya adalah, ketika berpacaran tidak berpegangan tangan, tidak saling menatap, dan mengajak si pacar ke masjid atau mungkin mengajak pacarnya ke majelis untuk mendengarkan ceramah. Padahal, pacaran adalah gerbang menuju kemaksiatan. Dan, kasusnya akan bervariasi serta akan ada akibat negatif dari pacaran tersebut.

Dikutip dari halaman berita online, belum lama ini diberitakan tentang adanya sepasang kekasih yang bukan suami istri terjaring razia Operasi Pekat 2023 Tim Gabungan Polda Jambi.

Generasi Tak Takut Dosa

Dari kasus tersebut dapat dapat terlihat bahwa perzinahan sebelum Ramadan sudah banyak bertebaran. Dan, tidak menutup kemungkinan di bulan Ramadan, kasus perzinahan akan bertambah. Mereka bisa menghalalkan segala cara untuk melakukan maksiat (pacaran). Kisah “cinta monyet” yang ketika subuh putus lalu maghrib-nya balikan lagi. Padahal, Ramadan adalah bulan suci dan penuh berkah. Setiap amal ibadah seseorang, pahalanya akan dilipatgandakan. Sangat rugi besar, jika Ramadan ini berlalu, namun pahalanya tidak bertambah.

Namun, hal itu tidak membuat kalangan remaja kita takut berbuat zina. Faktanya, masih banyak perzinahan yang bertebaran sekarang, seperti pacaran di bedug masjid, ngabuburit bareng pacar, bahkan sampai melakukan hal tidak senonoh setelah berbuka. Naudzubillahimindzalik.

Mirisnya, pacaran yang dilakukan hanya untuk mencari kebahagiaan semu lalu berujung pada kemaksiatan. Mereka bebas melakukan hubungan tanpa mengingat Allah SWT, tanpa takut akan adzab Allah SWT. Mereka beranggapan bahwa pacaran atau melakukan perbuatan maksiat lainnya secara tersembunyi tidak masalah asal orang tidak melihat, tetapi mereka lupa bahwa Allah Maha Melihat. Demikianlah kondisi pemuda hari ini, hanya berpikir pendek. Mereka beranggapan, jika tidak pacaran, maka tidak bisa menikah. Padahal, banyak kasus yang pacaran bertahun-tahun akhirnya kandas di tengah jalan.

Apa yang Harus Dilakukan Generasi Muda Muslim?

Islam itu ideal, bukan hanya sekedar agama, melainkan aturan hidup bagi manusia, tuntunan hidup sejak di dunia sampai hari kiamat kelak. Allah SWT berfirman: “Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (QS. Al Baqarah 2: Ayat 2).

Saat menafsirkan surah di atas, Imam Ali Ash-Shabuni mengutip pernyataan Imam Al-Hasan al-Basri: “Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang takut terhadap apa saja yang telah Allah SWT larang atas diri mereka dan menunaikan apa saja yang telah Allah SWT wajibkan atas diri mereka.” Dari arti ayat dan penafsiran tersebut bisa disimpulkan: bahwa sebagai seorang muslim, terlebih selaku generasi muda harus paham betul bahwa takwa adalah menunaikan kewajiban dan menjauhi larangan-Nya. Ketakwaan itu akan mendekatkan seseorang kepada Allah SWT dan timbul rasa takut akan hisab-Nya ketika berbuat maksiat semasa hidup.

Ada pun, kiat sukses dalam menjalani ibadah Ramadan menurut Syekh Dr. Ibrahim bin ‘Amir ar-Ruhaili adalah sebagai berikut:

  1. Bertawakal kepada Allah SWT; Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Dalam menyambut kedatangan musim-musim ibadah, seorang hamba sangat membutuhkan bimbingan, bantuan dan taufik dari Allah SWT. Cara meraih itu semua adalah dengan bertawakal kepada-Nya.
  2. Ikhlas dan mengikuti petunjuk Rasulullah SAW;
  3. Memperbanyak istighfar atas kurang sempurnanya dalam beramal. Butuh memperbanyak hamdalah kepada Allah SWT;
  4. Membentengi puasa dari faktor-faktor yang mengurangi keutuhan pahalanya;
  5. Memprioritaskan amalan yang wajib; dan
  6. Berusaha untuk mendapatkan malam lailatul qadar. Carilah malam lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir Ramadan.

Mudah-mudahan ibadah kita selama bulan suci Ramadan tahun ini dapat membentengi diri kita dari segala macam kemaksiatan, sehingga kita dapat menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT.

 

*Mahasiswa Prodi AFI UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

 

Total
0
Shares
1 comment
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts