Menjemput Dua Anak Perempuan Orang Rimba agar Mengikuti Ujian Kenaikan Kelas

Bepanau dan Nukik

KILAS JAMBI– Bepanau (13) dan Nukik (14), dua orang perempuan anak rimba atau suku anak dalam (SAD) yang terdaftar sebagai murid di SDN 191 Air Panas Kecamatan Air Hitam, Sarolangun, Jambi, akhirnya mengisi lembaran soal ujian kenaikan kelas.

Fasilitator pendidikan Warsi, Yohana Marpaung, bertanggung jawab untuk anak-anak rimba yang sekolah agar mengikuti ujian. Dia menyusul kedua anak tersebut ke dalam rimba dan mengantarkan soal ujian.

Keduanya mesti disusul, sebab sebelumnya mereka pergi ke rimba mengikuti orang tuanya di kawasan Kedudung Muda, Taman Nasional Bukit Dua Belas.

Bepanau dan Nukik merupakan anak Tumenggung Ngrip. Mereka ikut bersama orang tuanya menanam ubi di dalam rimba.

“Aku targetnya selesai dulu dampingi semua anak yang sudah ada di kantor lapangan mengerjakan soal, sementara untuk anak-anak yang masih di dalam akan aku susul,” kata Yohana, Jumat (19/6/2020).

Bepanau saat ini duduk di kelas dua. Sedangkan Nukik kelas satu. Begitu mereka keluar dari rimba, Yohana langsung memberi tahu mereka soal ujian. Butuh waktu untuk menyegarkan kembali ingatan mereka pada mata pelajaran.

“Ada beberapa istilah dalam soal yang mereka tidak mengerti jadi dijelaskan dulu baru mereka mengerjakan soalnya,” kata Yohana.

Sebelumnya terdapat sembilan anak rimba yang mengikuti ujian kenaikan. Mereka adalah Besimbur, Nyeser dan Nukik murid (kelas 1), Pengarang Gading dan Bepanau (kelas 2), Bepuncak (kelas 3), Bekaram (kelas 4), Besati dan Ceriap (kelas 5).

Ujian telah dimulai sejak Senin (15/6/2020). Kebijakan pihak sekolah SDN 191 Air Panas, soal ujian diambil oleh pendamping ke sekolah dan peserta didik mengerjakannya dari rumah.

Karena anak-anak rimba itu orang tuanya tinggal di dalam rimba sehingga pengerjaan soal ujian dilakukan di kantor lapangan KKI Warsi di Desa Bukit Suban. Fasilitator pendidikan mendampingi anak-anak untuk menyelesaikan soal ujian.

Setelah selesai mengerjakan soal ujian, fasilitator pendidikan kemudian mengantarkan kembali lembar jawaban ke sekolahnya. Hasil ujian akan diantarkan ke sekolah, pada Sabtu (20/6/2020) sesuai dengan tenggat yang diberikan oleh pihak sekolah.

Bepanau dan Nukik, Anak Perempuan Pertama yang Masuk Sekolah Formal

Kedua anak perempuan yang sekolah di sekolah formal itu merupakan kebanggaan tersendiri. Sebelumnya anak perempuan terutama di Orang Rimba Taman Nasional Bukit Duabelas sangat terlarang untuk sekolah di luar.

Butuh perjuangan panjang untuk meyakinkan Orang Rimba untuk pendidikan. Awalnya tahun 1998 mereka hanya mau sekolah di dalam rimba, dan itu hanya ditujukan untuk yang sudah remaja dan dewasa, tidak izinkan anak-anak.

Sehingga seiring waktu anak-anak juga mulai diizinkan untuk sekolah sekitar tahun 2002, tetapi hanya yang laki-laki saja. Anak-anak laki-laki kemudian sekitar tahun 2004 mulai masuk ke sekolah formal dengan format penyetaraan kelas, sehingga tidak mengulang dari kelas 1.

Saat yang sama anak perempuan belum diizinkan. Kemudian pada tahun 2006 anak perempuan mulai diizinkan sekolah, tetapi hanya di dalam rimba dan bersama fasilitator pendidikan Warsi yang perempuan saja. Butuh waktu yang panjang, sampai akhirnya anak perempuan bisa masuk ke sekolah formal.

“Bepanau dan Nukik boleh disebut anak rimba perempuan pertama yang masuk sekolah formal,” kata Yohana.

Kehadiran anak perempuan rimba Bukit Dua Belas di bangku sekolah ini, bisa menjadi tonggak untuk pemerataan pendidikan bagi seluruh anak Indonesia.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts