KILAS JAMBI – Masa pandemi Covid-19 telah mengubah sistem pembelajaran anak-anak yang mulanya di sekolah menjadi pembelajaran jarak jauh dari rumah masing-masing. Hal ini juga yang sedang dijalani oleh 6 orang anak korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh AN, seorang oknum guru ngaji di Kota Jambi yang kasusnya mencuat awal tahun 2020 lalu.
Kondisi ini membuat anak-anak yang mengalami trauma psikologis tersebut semakin tertekan, jarak rumah korban yang berdekatan dengan pelaku disinyalir membuat anak-anak sulit keluar dari traumanya. Apalagi kasus ini masih menunggu hasil putusan Mahkamah Agung.
Beranda perempuan bersama relawan Save Our Sister’s berjumlah 4 orang dari Universitas Jambi memberikan layanan psikososial pada korban dengan kegiatan edukasi dan permainan untuk anak-anak perempuan korban pelecehan pada Minggu (27/9) lalu di rumah salah satu korban.
Anak-anak diajak untuk mewarnai, berdiskusi seputar pelajaran sekolah serta permainan sederhana. Di tengah mewabahnya Covid-19, Beranda tetap memberikan layanan dengan menerapkan protokol kesehatan pada prosesnya.
“Kami sedang gotong royong mengembangkan layanan berbasis komunitas bagi korban kekerasan berbasis gender. Ini dimulai dari hal-hal sederhana, diharapkan dapat membantu korban perlahan-lahan melupakan traumanya dan dapat tumbuh tanpa rasa takut,” kata Zubaidah, Direktur Beranda perempuan.
Selama kegiatan berlangsung, tampak jelas senyum sumringah yang muncul dari wajah para korban. Namun, beberapa anak yang mengalami trauma dalam kategori berat terlihat masih sulit untuk berinteraksi secara aktif dan cenderung lebih pendiam daripada yang lain. Meskipun begitu, anak-anak tetap antusias jika agenda ini dilakukan setiap minggunya. (*)
Narahubung
Novi +62 852-1224-0094
(Beranda Perempuan)