Oleh: Ariyandi Batu Bara, S. Ud., M. Ud*
KALIMAT naṣrum minallāhi wa fat-ḥung qarīb, wa basysyiril-mu`minīn merupakan bahagian dari QS. As-Shaff {61}:13. Terjemahan dari kalimat tersebut ialah: pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin. Secara keseluruhan, terjemahan utuh dari QS. As-Shaff {61}:13 ialah: Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin.
Usaha untuk mendapatkan pemaknaan yang komprehensif dari QS. As-Shaff {61}:13 tentu saja perlu dilakukan melalui pendekatan tekstual dan kontekstual terhadap ayat tersebut. Solahudin menjelaskan dalam jurnalnya bahwa pendekatan tekstual merupakan suatu usaha dalam memahami makna tekstual dari ayat-ayat al-Quran (fokusnya adalah gramatikal-tekstual). Sedangkan pendekatan kontekstual menurut pemikiran Palmer adalah penafsiran teks yang berangkat dari kajian bahasa, sejarah, sosiologi, dan filsafat.
As-Shaff {61}:13 secara eksplisit hendak menerangkan dua hal kepada manusia, yaitu: (1) Allah SWT ingin memberikan informasi bahwasanya ada dua hal karunia Allah SWT yang begitu disenangi oleh manusia, yaitu pertolongan dari Allah dan kemenangan yang sudah dekat waktunya; (2) Adanya persuasi agar manusia mendiseminasikan berita gembira kepada orang mukmin.
Dua hal di atas jika ditilik dari pendekatan tekstual, maka perlu kiranya memaknai frasa pertolongan dari Allah SWT dan kemenangan yang sudah dekat waktunya. Mengapa dua frasa ini penting? Karena memang dipandang perlu untuk menguraikan makna mendalam dari dua frasa ini, sebab dua frasa inilah yang merupakan karunia yang begitu disenangi oleh ummat manusia.
Teks yang berbunyi pertolongan dari Allah SWT bermakna bahwa karunia Allah SWTt kepada manusia itu sangatlah luas. Namun, melalui QS. As-Shaff {61}:13 ini, Allah SWT hendak menegaskan bahwa pertolongan Allah SWT itulah yang merupakan karunia yang sangat disenangi oleh ummat manusia.
Dapatkah dibayangkan, betapa senangnya kita jika mendapatkan bantuan dan perhatian dari orang lain. Sebagai makhluk sosial, tentunya hal tersebut akan memberikan kesan yang sangat dalam bagi diri kita. Bahkan, dalam falsafah Melayu dikatakan, hutang emas dapat dibayar, hutang budi dibawa mati. Itu jika pertolongan dari manusia. Lalu coba bayangkan sekiranya yang menolong adalah Allah SWT? Tentunya sangat wajar jika pertolongan Allah SWT adalah sebuah karunia yang sangat luar biasa.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, lalu apa upaya yang perlu dilakukan untuk manusia agar Allah SWT dapat memberikan karunia-Nya tersebut? Ibnu Katsir menerangkan bahwasanya pertolongan Allah SWT akan datang jika manusia juga ikhlas dalam menolong agama Allah SWT ini. Oleh karena itu, marilah kita sebagai manusia dengan segala macam latar belakang atau kapasitas yang kita punya di dunia ini, kita manfaatkan dengan semaksimal mungkin untuk menolong agama Allah SWT. Bukankah hakikatnya hidup di dunia ini adalah pengabdian total kepada Allah SWT itu sendiri.
Teks selanjutnya yang berbunyi: kemenangan yang sudah dekat waktunya jika dianalisa melalui pendekatan tekstual, maka menurut Ibnu Katsir, kemenangan itu dimaknai bahwa kebahagiaan di dunia akan bersambung dengan nikmat di akhirat. Dari penjelasan tekstual tersebut, maka karunia Allah SWT yang sangat disenangi oleh manusia adalah adanya sebuah harapan bahwa nikmat di alam akhirat nanti adalah nikmat yang tidak akan lama lagi terjadi. Adanya koneksifitas atas ikhtiar di dunia dengan kemenagan di akhirat nanti merupakan satu karunia Allah SWT yang sangat dirindukan. Meskipun hidup di dunia ini penuh dengan penderitaan namun, manusia itu tidak menderita. Hal itu terjadi karena ia menyadari betul bahwa kemengan itu sudah dekat waktunya akan tiba.
Secara kontekstual, maka kalimat naṣrum minallāhi wa fat-ḥung qarīb, wa basysyiril-mu`minīn merupakan kalimat yang penuh dengan makna motivasi yang begitu dalam bagi manusia yang sedang hidup dan berjuang dalam menolong agama Allah SWT. Perjuangan menjadi tidak terasa dikarenakan adanya kerinduan yang mendalam bahwa habis gelap pasti akan terbit terang. Motivasi inilah yang harus didiseminasikan kepada seluruh orang yang beriman untuk menjadi agen-agen penolong agama Allah SWT di muka bumi ini. Inilah kemudian menjadi alasan, mengapa ayat ditutup dengan kalimat wa basysyiril-mu`minīn. Demikian, wallahu a’lam bish-shawab.
*Akademisi Bidang Pemikiran Agama dan Filsafat Islam