KILAS JAMBI – Sebagai institusi pendidikan inklusif, Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin (UIN STS) Jambi terus memperkuat komitmennya dalam memberikan akses pendidikan yang merata bagi semua kalangan, termasuk mahasiswa difabel. Kampus ini kini dikenal sebagai salah satu perguruan tinggi yang ramah difabel di Indonesia.
Yusril, seorang mahasiswa difabel di UIN Jambi, mengungkapkan motivasinya untuk memperdalam ilmu agama sebagai alasan utama memilih UIN.
“Enam tahun yang lalu, saya ingin masuk pondok pesantren, tetapi orang tua tidak mengizinkan karena beberapa alasan. Akhirnya, saya memilih UIN Jambi untuk memahami ilmu agama Islam lebih dalam,” kata Yusril, saat diwawancarai, Jumat (15/11/2024).
Meski awalnya sempat minder karena keterbatasan fisik, Yusril berusaha meningkatkan rasa percaya diri dengan memperkuat ilmu pengetahuan dan membangun relasi sosial.
“Setiap manusia punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tantangan saya adalah membuat diri saya percaya diri di lingkungan kampus,” katanya.
Kampus UIN Jambi juga menyediakan berbagai fasilitas yang memudahkan mahasiswa difabel, seperti lift untuk akses ke lantai tinggi, jalur kursi roda, area parkir khusus, dan toilet ramah difabel.
“Lift sangat membantu kami yang tidak bisa menaiki tangga. Tidak semua anak disabilitas punya kaki yang kuat untuk menopang badannya,” kata Yusril.
Tak berhenti di jenjang S1, Yusril bercita-cita melanjutkan pendidikan hingga S2 dan S3 untuk membanggakan orang tua serta meraih masa depan yang lebih baik.
Mahasiswa difabel lainnya, Inggit, yang memiliki keterbatasan berbicara dan mendengar, mengakui bahwa ia sempat kesulitan memahami materi kuliah. Namun, dengan bantuan dosen dan teman-teman, ia berhasil mengatasi tantangan tersebut.
“Alhamdulillah, saya bisa melewati kesulitan dengan bertanya langsung kepada dosen dan teman,” kata Inggit, Sabtu (16/11/2024).
Menurut Nisaul Fadillah, Koordinator Gender, Anak, dan Disabilitas LPPM UIN Jambi, kampus telah menerapkan kebijakan inklusif sejak tahun 2020. Salah satu program unggulan adalah pembentukan Pusat Kajian Disabilitas (PKD).
“Fasilitas kampus sekarang sudah lebih ramah difabel. Lift, jalur kursi roda, toilet, dan parkir khusus sudah tersedia meski belum sepenuhnya sempurna,” ungkap Nisaul.
Untuk mendukung mahasiswa tuna rungu, kampus juga memberikan pelatihan bahasa isyarat bagi dosen, tenaga pendidik, dan mahasiswa. Selain itu, ada relawan yang mendampingi mahasiswa difabel untuk membantu komunikasi selama perkuliahan.
“Kami juga telah merealisasikan beasiswa untuk mahasiswa difabel yang lulus tahun ini. Ke depan, program ini akan terus diintensifkan,” tuturnya.
Dengan berbagai upaya tersebut, UIN Jambi berharap dapat terus menjadi kampus yang inklusif, memberdayakan, dan memberikan kesempatan pendidikan yang setara bagi seluruh mahasiswa tanpa terkecuali.
Penulis: Dila Rohaliza
Mahasiswa Magang Prodi Jurnalistik Islam, Fakultas Dakwah, UIN STS Jambi