KILAS JAMBI – Memperingati HUT ke-13, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jambi menggelar sejumlah workshop dan diskusi interaktif di Taman Budaya Jambi, Kamis (21/11). Salah satu diskusi yang digelar adalah pengeloaan sumber daya alam berbasis kearifan lokal dengan menghadirkan pembicara dari Walhi Jambi, Yayasan Setara dan Cappa Keadilan Ekologi.
Eko Mulyo Utomo dari Walhi Jambi bercerita, lembaganya sejak 2008 mendampingi delapan desa di Merangin, Jambi, untuk mengatasi dampak perusahaan besar terhadap kerusakan lingkungan dan timbulnya konflik dengan warga, Ia menjelaskan bahwa Walhi membantu masyarakat memperoleh legalitas hutan desa dan mendorong penerapan peraturan desa untuk pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.
“Kearifan lokal masyarakat setempat memainkan peran kunci dalam keberlanjutan sumber daya alam, dan pemerintah baru-baru ini memberikan dukungan melalui dana afirmasi untuk pengelolaan wilayah,” ujar Eko.
Utari Oktikarani dari Cappa Keadilan Ekologi menjelaskan upaya mereka membantu Suku Anak Dalam menghadapi konflik dengan perusahaan besar. Keberhasilan komunitas tersebut dalam memperoleh surat keputusan dari pemerintah untuk mengelola wilayah mereka sendiri menjadi pencapaian penting.
Utari juga menekankan pentingnya pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK), seperti tanaman rumbai, yang mendukung ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Peran perempuan dalam kepemimpinan dan keterlibatan aktif dalam komunitas sangat penting,” kata Utari.
Sementara Bayazul Hakim dari Yayasan Setara mengapresiasi dan memuji inisiatif dokumentasi kearifan lokal melalui film sebagai langkah penting dalam mengedukasi masyarakat lebih luas. Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat adat dalam pengelolaan wilayah mereka secara berkelanjutan.
“Masyarakat adat harus terlibat dalam mengelola wilayah mereka dengan cara yang berkelanjutan,” ujar Bayazul.
Diskusi ini juga menyoroti isu perubahan iklim yang semakin mendesak. Baya Nurhakim dari Setara memimpin diskusi ini dengan mengajak mahasiswa untuk berbagi pandangan tentang dampak perubahan iklim dan pentingnya resiliensi dalam menghadapi cuaca ekstrem.
Rizki perwakilan LPM Biru Merdeka UIN STS Jambi menyatakan bahwa perubahan iklim disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti emisi gas rumah kaca.
“Perubahan iklim berdampak besar pada sektor pertanian dan kehidupan masyarakat, sehingga strategi adaptasi sangat penting,” kata Rizki.
Beberapa mahasiswa lainnya yang hadir dalam kegiatan ini turut berkontribusi dengan membagikan pengalaman mereka terkait kesulitan memprediksi cuaca, serta pentingnya pendidikan dan partisipasi aktif untuk menghadapi tantangan perubahan iklim. Diskusi ini menjadi wadah yang memperkuat pemahaman tentang pentingnya kolaborasi dalam menghadapi perubahan iklim dan melestarikan kearifan lokal.
Penulis: Putri Marisa
Mahasiswa Prodi Jurnalistik Islam, Fakultas Dakwah, UIN STS Jambi