Kepri Mau Ganti Nama Pulau Berhala, Budayawan Jambi dan Peneliti Sejarah Layangkan Protes

KILAS JAMBI – Budayawan Jambi dan Peneliti Sejarah memprotes rencana Pemkab Lingga, Provinsi Kepulauan Riau yang ingin mengganti nama Pulau Berhala menjadi Pulau Berlian.

Budayawan Jambi, Nukman memandang keinginan Pemda Lingga Provinsi Kepulauan Riau mengubah nama Pulau Berhala menjadi Pulau Berlian tentu mengejutkan masyarakat Jambi.

Pasalnya nama Pulau Berhala bagi masyarakat Jambi memiliki nilai sejarah yang penting. Harapan kami, adanya komunikasi antara Pemprov Jambi dan Kepri untuk penamaan pulau ini.

“Pergantian nama Pulau Berhala ini, kurang elok. Secara kesejarahan, Pulau Berhala bermakna bagi masyarakat Jambi. Karena di sana ada makam Datuk Paduko Berhalo,” kata Budayawan Jambi, Nukman, Selasa (4/8/2020).

Datuk Paduko Berhalo dikenal luas bagi masyarakat Jambi sebagai raja di kerajaan Jambi yang menikahi Puteri Pinang Masak. Dari nilai-nilai budaya berkait erat dengan budaya pantai timur, budaya maritim tentunya.

Nukman mengatakan Pulau Berhala dulunya sempat menjadi rebutan dan saling klaim sebagai pemilik yang sah antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepulauan Riau dengan Provinsi Jambi.

Bahkan saling klaim pulau yang memiliki objek wisata eksotik ini sampai ke ranah hukum dengan proses praperadilan. Namun akhirnya sengketa kepemilikan Pulau Berhala ini diputuskan oleh Mahkamah Agung (MA) tahun 2011, dan sah milik Provinsi Kepri.

Namun putusan MA tersebut masih belum selesai, sebab Provinsi Jambi mengajukan banding ke Mahkamah Konstitusi (MK) karena mereka tidak terima dengan putusan MA tersebut. Namun, dalam proses peraperadilan di MK tahun 2013 ini, MK tetap memutuskan bahwa Pulau Berhala sah milik Provinsi Kepri.

Dengan adanya polemik masa lalu, kendati sah milik Kepri, Pemkab Lingga juga harus bertoleransi terhadap masyarakat Jambi. Sebab dari segi sejarah dan nilai-nilai budaya Pulau Berhala sangat bermakna bagi orang Jambi.

Ganti Nama Pulau Berhala Menghapus Sejarah Jambi

Selanjutnya, Peneliti Sejarah Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kepri, Dedi Arman meminta Pemkab Lingga untuk kembali mengkaji rencana pergantian Pulau Berhala di Kecamatan Singkep menjadi Pulau Berlian.

Menurut Arman, sejak dulu bahkan sebelum Zaman Kesultanan Riau Lingga nama Pulau Berhala sudah sangat populer dan dikenal dunia internasional.

Menurut Arman perubahan nama itu belum penting. Dari sisi sejarahnya, sejak Kerajaan Sriwijaya berjaya di Nusantara, nama Pulau Berhala sudah sangat dikenal. Pulau Berhala sangat bermakna bagi daerah sekelilingnya, termasuk Jambi.

Jauh di masa kelampauan, abad pertama masehi pelaut Hindu dari India telah berlayar ke Nusantara dan mereka menyinggahi pulau-pulau di pantai timur Sumatra. Pelaut itu kemudian singgah di pulau dan mendirikan tempat pemujaan. Pulau inilah yang diberi nama Pulau Berhala.

Setelah itu, pelaut-pelaut Arab, Turki, Parsi yang singgah ke Pulau Berhala memusnahkan berhala-berhala yang digunakan untuk tempat pemujaan dewa.

Salah satu pelaut Arab itu dikenal luas dengan Datuk Paduko Berhalo. Dia tokoh penting dalam sejarah Jambi. Dengan penghapusan nama Pulau Berhala, artinya pihak Pemkab Lingga benar-benar menghapus sejarah Jambi pada pulau itu.

“Berhala dikenal juga karena makam Datuk Paduko Berhala yang ada di sana. Orang Turki yang keturunannnya memegang kekuasaan di Kerajaan Jambi,” sebutnya.

Hasil catatan penulis Belanda, JWJ Wellan tahun 1925. Pelaut-pelaut internasional yang melewati Selat Berhala menjadikan Pulau Berhala sebagai titik pandang dan rambu-rambu. Sejak masa lampau, pelaut yang ingin berlayar ke pelabuhan-pelabuhan Jambi pastinya menjadikan Pulau Berhala sebagai rambu agar pelayaran tidak kandas.

Pentingnya keberadaan Pulau Berhala membuat Kolonial Belanda membangun mercusuar. “Pulau ini sangat penting artinya di dunia pelayaran. Kalau diganti namanya Pulau Berlian, dipastikan banyak orang mempertanyakan,” tegas Arman.

Selanjutnya, pada masa Kesultanan Johor, Riau, Lingga Pahang dan nantinya berubah menjadi Kesultanan Lingga Riau, nama Pulau Berhala tetap dikenal sebagian wilayah secara administrasi bagian dari Singkep.

Jepang saat menguasai Indonesia juga pernah menjejakkan kakinya di Pulau Berhala dan membangun sejumlah fasilitas di sana. (swd)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts