Problematika Kenakalan Remaja

Robiatul Adawiyah, Mahasiswa Prodi AFI UIN Sutha Jambi

Oleh: Robiatul Adawiyah*

Seperti yang kita lihat baru-baru ini, terjadinya aksi tawuran dengan menggunakan sarung, bahkan ada yang membawa senjata tajam. Aksi tersebut selain membahayakan mereka sendiri, juga sangat membahayakan orang-orang di sekitar. Sungguh sangat disayangkan jika hal-hal seperti itu terus saja terjadi di sekitar kita.

Alangkah sedihnya melihat tindakan kekerasan, anarkisme, dan kenakalan remaja lainnya saat ini. Padahal, seharusnya mereka mestilah memanfaatkan masa muda itu untuk belajar, membanggakan orang tua, serta meningkatkan potensi yang ada pada dirinya. Namun, justru mereka malah ada yang terjerumus ke dalam pergaulan yang salah.

Lingkungan keluarga tentunya adalah madrasah pertama bagi anak-anak kita. Sebagai orang tua, seyogyanya mendekatkan diri kepada anak, buatlah agar anak merasa nyaman untuk bercerita tentang kehidupan yang ia alami. Pada era 1970-an, masih sangat sering dijumpai tradisi makan bersama keluarga. Orang tua berkumpul bersama anak-anak mereka dalam momen makan bersama tersebut. Di momen tersebutlah, kemudian orang tua dapat memberikan nasihat kepada anak-anak mereka dan bercerita tentang perkembangan anak mereka. Ini adalah tradisi baik yang perlu dilestarikan.

Namun di sisi lain, justeru terkadang orang tua tidak mengetahui apa yang diinginkan oleh anaknya, apa yang terjadi pada anaknya, masalah apa yang dipendam anaknya, serta banyak pengalaman lainnya yang luput dari perhatian orang tua. Kondisi ini disebabkan karena tidak adanya kedekatan emosional antara anak-orang tua, sehingga anak tersebut ketika ada masalah dia lebih nyaman curhat ke luar dari pada curhat kepada orang tua sendiri. Relasi semacam inilah yang harusnya dihindari.

Bimbingan orang tua kepada anak adalah satu hal yang sangat penting. Terkadang orang tua sangat berlebihan di dalam memberikan kebebasan kepada anaknya, sehingga kemudian akhirnya blunder dan tak ada lagi rasa takut pada diri anak itu untuk melakukan tindakan yang melampaui batas-batas moralitas bahkan agama.

Pergaulan bebas anak jaman sekarang ini kerap terjadi di sekeliling kita, bahkan sampai terjadinya tumpah darah yang dilakukan oleh remaja atas dasar motif drama pergaulan bebas tersebut. Kondisi tersebut rasanya sudah sering dan tidak asing lagi dalam pemberitaan di media massa kita akhir-akhir ini. Dan yang selalu menjadi tersangkanya tidak lain dan tidak bukan ialah anak-anak remaja.

Malah yang menjadi mirisnya adalah kejadian-kejadian kenakalan remaja tersebut justeru terjadi di Bulan Suci Ramadan 1444 H ini. Bulan yang sejatinya di sini dengan ritual ibadah keagamaan dan menggapai pahala, justru sebaliknya malah terjerumus kepada kenakalan yang meresahkan masyarakat.

Mereka para remaja tersebut melakukan hal seperti itu karena merasa dirinya paling gagah berani, angkuh dan sombong, sehingga mereka merasa lumrah dan permisif dengan tindakan immoral tersebut. Padahal apa yang mereka perbuat adalah haram secara agama dan bertentangan dengan moral secara sosial.

Lalu apakah yang dapat dilakukan oleh orang tua sebagai tindakan preventif akan hal ini. Tentunya bagi orang tua yang mempunyai anak remaja alangkah baiknya selalu mengawasi/mengontrol kemana, di mana dan sama siapa anaknya pergi. Jika meraka melakukan aksi kriminal, maka hukumlah mereka dengan seberat-beratnya sampai mereka merasa jera dengan perbuatannya yang salah tersebut.

Dan jangan sekali-kali orang tua mengatakan kepada anaknya ucapan: “terserah.” Karena, kata terserah bukanlah sebuah jawaban yang bijaksana. Anak remaja terlalu labil untuk dilepas dengan kata terserah tersebut. Perlu diketahui, bahwa anak itu adalah amanah dari Allah SWT. Oleh karenanya, jangan sekali-kali terpikir untuk menyia-nyiakan amanah tersebut, dan bimbinglah mereka dengan kualitas pendidikan moral keagamaan yang baik.

 

*Mahasiswa Prodi AFI UIN Sutha Jambi

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts