KILAS JAMBI – Patroli Hutan. Itu menjadi fokus pemuda Laman Panjang Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo. 13 pemuda itu ditasbihkan sebagai tim patroli muda yang akan berpartisipasi menjaga hutan desa, kawasan hutan yang sudah dilegalkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk di kelola masyarakat lima desa di Bathin III Ulu, seluas 7.291 ha yang dikenal dengan nama Bujang Raba, Bukit Panjang Rantau Bayur.
“Peran anak muda juga sangat penting dalam penjagaan hutan. Karena itu, dibentuklah kelompok pemuda yang menghimpun anak-anak muda agar mereka dapat belajar, menyadari dan menghargai batapa pentingnya hutan bagi kehidupan yang merupakan hal penting untuk dipupuk sejak dini,” kata Corry Weny, Fasilitator KKI Warsi di Bathin III Ulu.
Untuk menguatkan peran pemuda ini, Warsi mengadakan pelatihan patroli dan pemantauan ekosistem hutan bagi LPHD Batang Kelukup Desa Laman Panjang. Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan pemuda yang tergabung dalam kelompok pemuda Dusun Laman Panjang, guna meningkatkan minat dan kemampuan pemuda terhadap patroli dan pemantauan ekosistem hutan. Karena, selanjutnya generasi mudalah yang diharapkan dapat melaksanakan penjagaan hutan desa.
“Pelatihan ini kita mengikutkan pemuda, karena ke depannya yang akan melanjutkan menjaga hutan kita ini adalah mereka,” ucap Maliki, Sekretaris Desa Laman Panjang.
Pelatihan ini dilakukan selama empat hari, yaitu 9-12 Maret 2023. Materi yang disampaikan adalah materi terkait kenapa hutan wajib dilindungi, hingga bagaimana praktek patroli hutan. Hari pertama, peserta pelatihan diajak memahami betapa pentingnya hutan mulai dari hal kecil seperti sepiring nasi, yang jika dikaji ulang, semuanya akan kembali ke hutan.
Nah bagaimana ceritanya sepiring nasi dari hutan? Masyarakat Bathin III Ulu memenuhi kebutuhan beras mereka dari sawah yang dikelola secara turun temurun.
Untuk mengairi sawah ini, dibutuhkan debit air sungai yang stabil sepanjang tahun, untuk dua musim tanam dalam setahun. Air akan stabil jika hulu sungai dipelihara dengan baik. Hulu sungai adalah hutan desa yang dikelola oleh masyarakat. Dengan lingkaran ini, bisa melihat bahwa nasi yang di makan akan tergantung dengan hutan.
Tidak hanya itu, secara finansial, Hutan Desa Bujang Raba, sejak beberapa tahun lalu juga sudah diujicobakan untuk skema voluntary carbon, yaitu imbal jasa lingkungan dari karbon yang tersimpan di Hutan Desa Bukit Panjang Rantau Bayur. Hasil voluntary karbon ini sudah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Untuk menjaga ini, maka penting bagi masyarakat dan generasi muda untuk terlibat menjaga hutannya, sehingga manfaat hutan ini akan terus terjaga.
Para pemuda ini dibekali pengetahuan tentang hak dan kewajiban terkait hutan yang disampaikan oleh Tradis Reformas, tim Analisis Hukum dan Kebijakan Warsi. Tradis menjelaskan tentang hak masyarakat terkait hutan, sekaligus kewajiban yang melekat di dalamnya. Masyarakat berhak atas manfaat hutan dan mengelola pemanfaatannya untuk meningkatkan kesejahteraan warga sekitarnya.
“Kita juga harus menyadari dan menjalankan kewajiban untuk menjaga hutan, supaya manfaat hutan bisa terus kita rasakan,” kata Tradis.
Untuk memberikan pemahaman tentang hutan, Zola Anjelia, Spesialist Biodiversity KKI Warsi memberikan materi tentang keragaman hayati yang ada di Bujang Raba. Diawali dengan diskusi para peserta tentang pengetahuan mereka akan sumber daya alam yang ada di hutannya.
Hasil diskusi ini, dikuatkan dengan hasil penelitian dan diidentifikasi keragaman hayati Bujang Raba yang dilakukan Warsi bersama dengan Lembaga Pengelola Hutan Desa. Para peserta diminta menyebutkan flora fauna yang ada di hutan desa.
“Pengetahuan tentang kandungan flora fauna ini, penting untuk kita sebarkan ke pemuda, guna meningkatkan kebanggaan mereka pada kawasan hutannya. Bahwa hutan bukan hanya sekadar tegakan kayu, namun juga sumber kehidupan bagi flora fauna yang ada di dalamnya,” kata Zola.
Satu di antara tanaman khas Bujang Raba adalah cenganau. Tumbuhan perdu ini, digunakan sebagai bahan bumbu masakah. Habitatnya hanya ditemukan di hutan desa. Teriakan bahagia anggota kelompok yang berhasil menebak tumbuhan khas tersebut menjadi pemicu semangat kelompok lain untuk tidak mau kalah dalam mengenali tumbuhan-tumbuhan khas hutan desa mereka.
Hari kedua, para pemuda ini dilatih menggunakan GPS, yang dipandu Andrila Prastian Noval Zaluku dan Ahmad Salim Ridwan, tim IT/GIS KKI Warsi. GPS, alat yang bisa menentukan titik koordinat suatu lokasi. Materi ini menjadi primadona yang mendapat banyak perhatian peserta pelatihan. Karena keterbatasan jumlah GPS, peserta yang memiliki ponsel genggam diminta untuk mengunduh aplikasi Avenza Map yang juga dapat membantu saat patroli hutan. Di sinilah salah satu peran pemuda yang lebih cepat dalam memahami teknologi dan membuat mereka semakin bersemangat. Peserta pelatihan mulai mempelajari bagaimana cara penggunaan GPS dan Avenza Map seperti cara menentukan titik koordinat dan memberikan kode temuan yang mereka temui.
Setelah materi GPS, dilanjutkan dengan pengisian tally sheet. Pelatihan semakin menyenangkan karena antusias peserta semakin meningkat. Gelak tawa juga muncul di sela-sela praktik pengisian tabel karena ada peserta yang salah mengisi. Namun, hal itu membuat peserta lebih mudah mengingat bagaimana cara pengisian tabel yang benar. Pengisian tally sheet menjadi materi penutup hari kedua.
“KKI Warsi harus terus membimbing kami, ” ucap Andi bersemangat.
Andi merupakan salah satu anggota kelompok pemuda yang juga menjadi peserta pelatihan. Bersama teman-teman kelompok pemuda lainnya, acap kali ia melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang juga menjadi informasi tambahan bagi peserta pelatihan, meskipun kadang dibarengi dengan candaan. Namun begitu, ada pula pemuda yang akan meredam keributan saat mereka harus serius memperhatikan dan memahami materi.
“Apakah bisa kita lanjutkan, atau mau ngobrol dulu Pak, teman-teman?” begitulah kata-kata pamungkas Redo, peserta pelatihan. Selaan Redo ini, membuat peserta pelatihan kembali serius dan memperhatikan saat kelompok lainnya presentasi.
Manfaat diadakannya pelatihan patroli dan pemantauan ekosistem ini sangat dirasakan oleh peserta pelatihan. Tidak hanya mendapatkan pengetahuan tentang patroli, tetapi mereka juga mendapat banyak informasi lain seperti pentingnya briefing sebelum melaksanakan sesuatu, Bagaimana cara briefing, bagaimana cara menjadi notulis, bagaimana cara presentasi dan lain sebagainya, sehingga setiap kegiatan punya arah dan tujuan yang terukur.
“Baru aku tau apa itu briefing, ternyata sangat penting. Terima kasih kakak abang yang sudah memberi kami banyak ilmu baru, semoga kegiatan seperti ini dapat terus dilaksanakan. Semoga setelah ini desa tak banjir lagi”, ucap Ari, anggota kelompok pemuda yang cukup pendiam, namun mampu menjadi salah satu peserta terbaik selama pelatihan karena keseriusannya.
Dalam pelatihan, ini para peserta turun langsung ke lokasi hutan desa dan mempraktikkan cara-cara patroli, dan melakukan identifikasi serta pencatatan atas temuan selama patroli.
Pelatihan selesai setelah diskusi tindak lanjut yang harus dilakukan tim patroli atas temuan lapangan. Melalui pelatihan ini pula, peserta pelatihan menyadari betapa pentingnya hutan bagi kehidupan. Mereka juga tidak sabar untuk melakukan patroli hutan yang sesungguhnya. (warsi)