Ketika Debu dan Limbah PLTU Semaran Mencemari Lingkungan Warga

PLTU Semaran di Desa Semaran, Sarolangun. (kilasjambi.com/Raden Andri)

Sarolangu, Kilasjambi.com- Rumah-rumah tembok bercat kusam, beratap seng, berjejer di sepanjang jalan menuju Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Semaran di Desa Semaran, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Jambi. Setiap hari puluhan truk muatan batu bara lewat depan rumah mereka, mengangkut ratusan ton emas hitam untuk bahan bakar penggerak mesin tenaga uap itu.

Ada sekitar puluhan kepala keluarga yang tinggal di dekat PLTU itu, termasuk rumah saya yang berjarak sekitar 200 meter dari gerbang pos jaga PLTU.

Dari depan rumah, setiap hari saya melihat cerobong PLTU yang dioperasikan PT Permata Prima Elektrindo. Saya pun sudah jemu dengan pemandangan lalu lalang truk, dan cerobong pembangkit listrik.

Dari teras rumah, saya juga melihat debu di jalan terus mengepul setiap kali mobil angkutan batubara lewat. Makin siang, makin pekat.

“Mestinya pihak PLTU menyiram debu jalan sehari tiga kali, mengingat bulan ini sedikit sekali turun hujan dan cenderung panas,” kata warga sekitar, Sabtu (15/7/2023).

Meski sudah banyak yang jadi “makanan” sehari-hari warga, tetapi petugas PLTU tidak menyiram air di jalan dengan 3 kali sehari , namun menyiram nya dengan 1 minggu 3 kali.

Tak hanya debu jalan akibat dilalui angkutan batu bara ke PLTU. Di desa kami setidaknya seluas 0,2 hektare hutan dan sebagian anak sungai digunakan perusahaan listrik tenaga uap itu sebagai tempat membuang limbah hasil pembakaran batu bara.

Saya pun melihat limbah yang sudah menggunung di area PLTU itu. “Tentunya ini kalau tidak segera diatasi berpotensi mencemari lingkungan warga di sekitarnya.”

Bahkan, kondisi itu saat ini semakin parah lantaran adanya pencemaran kualitas udara yang diakibatkan oleh semburan abu dari sisa pembakaran serta ditemuinya gunungan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

Banyak warga yang mengidap penyakit batuk, bronkitis, TB, ISPA dan lainnya. Di Desa Semaran sendiri ini saat dihuni sekitar 1,500 jiwa. Ada 40 orang yang terkena bronkitis, baik dari anak-anak maupun orangtua, menurut data RT setempat.

Untuk diketahui pembangkit listrik tenaga bahan bakar batubara ini menyuplai dua pertiga kebutuhan listrik di Sarolangun, dengan daya 2 x 7 MW. Sejak 2012, PLTU Semaran menjadi motor utama hidup-matinya listrik di Sarolangun.

*Foto dan teks oleh Raden Andri–peserta Pelatihan Paramedia Jurnalisme Warga.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts