KILAS JAMBI – Universitas Nurdin Hamzah (UNH), Yayasan Setara Jambi, dan The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) Jambi menggelar diskusi publik untuk mengulik visi misi calon Gubernur Jambi untuk keadilan lingkungan, di UNH. Kamis, 7 November 2024.
Para aktivis lingkungan, mahasiswa dan jurnalis berkumpul untuk membahas isu-isu lingkungan di Jambi. Diskusi membedah visi-misi calon Gubernur Jambi dalam menjaga kelestarian lingkungan di tengah ancaman deforestasi, alih fungsi lahan, dan kapitalisasi sumber daya alam.
Diskusi melibatkan Akademisi UNH, Aktivis Setara Jambi, dan Pengurus SIEJ Jambi serta sejumlah aktivis lingkungan. Setiap pembicara memberikan pandangan tentang permasalahan lingkungan di Jambi.
Suhendri dari UNH menilai visi dan misi pasangan calon gubernur apakah sudah benar-benar berpihak pada lingkungan. Menurutnya, visi “Jambi Gemilang yang Inklusif” dari paslon nomor urut 1 Romi-Sudirman terlihat menjanjikan, namun ia merasa ada beberapa program yang perlu dikaji lebih dalam. Misalnya, program pemberian bantuan Rp300 juta/desa dapat membantu pengembangan pedesaan, tetapi juga berisiko jika implementasinya kurang pengawasan.
Suhendri juga menyinggung tentang kebakaran lahan di Jambi, kebakaran di tahun 2022 mengalami peningkatan sehingga membuat luas tutupan hutan menurun. Ia meminta pasangan calon gubernur dan wakil gubernur bisa menaruh perhatian lebih besar lagi pada persoalan lingkungan yang sudah pada tahap kritis di Jambi.
“Hutan dan sungai yang semakin hancur, jalanan umum juga semakin hancur karena aktivitas penambangan batu bara,” katanya.
Nurbaya dari Setara Jambi menyoroti pentingnya ketahanan pangan dalam visi misi para pasangan calon. Ia menegaskan bahwa pangan yang sehat bergantung pada tanah lokal dan para petani setempat. Namun adanya alih fungsi lahan untuk perkebunan kelapa sawit menjadi masalah besar yang membuat Jambi sempat memasuki zona merah ketahanan pangan pada tahun 2020.
“Kita perlu mempertahankan lahan pertanian kita dan menghindari alih fungsi lahan secara berlebihan,” kata Nurbaya.
Selain itu, ia berharap calon yang terpilih mampu menjaga ketahanan pangan demi kesejahteraan masyarakat Jambi. Nurbaya mengatakan pemerintah harusnya ketika memberikan izin usaha apapun yang berhubungan dengan sumber daya alam harus memastikan perusahaan yang berinvestasi tidak menambah laju kerusakan alam.
Suang Sitanggang dari SIEJ menyoroti kinerja Gubernur Jambi yang mencalonkan kembali di Pilkada 2024, Al Haris, dalam mewujudkan visi menjaga kebersihan Sungai Batanghari. “Empat tahun lalu, visi Al Haris adalah membersihkan Sungai Batanghari, namun kini sungai tersebut semakin tercemar,” kata Suang.
Suang berharap gubernur terpilih nanti bisa berkomitmen menjaga lingkungan dengan mengatasi permasalahan kapitalisasi lahan, alih-alih fungsi hutan, dan penambangan batu bara.
Robert Aritonang dari Warsi mengatakan bahwa calon pemimpin harus mampu mewujudkan sistem sosial dan ekonomi yang adil bagi masyarakat Jambi.
“Lingkungan, dalam perspektif mereka, seringkali hanya dianggap sebagai beban, padahal lingkungan adalah sumber kehidupan bagi manusia,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa siapa pun yang terpilih, masyarakat harus menuntut kepedulian mereka terhadap lingkungan.
Aktivis lingkungan Ismet juga menekankan pentingnya keadilan lingkungan dan peran masyarakat dalam menjaga lingkungan. “Masalah lingkungan di Jambi sangat kompleks. Sungai tercemar dan hutan ditebangi,” katanya.
Ia merasa bahwa dua kandidat gubernur dan wakil gubernur yang ada belum terlihat serius dalam komitmen menjaga kelestarian Jambi.
Diskusi ini menunjukkan bahwa isu lingkungan masih menjadi tantangan besar bagi calon pemimpin Jambi. Peserta yang hadir sepakat bahwa siapa pun yang terpilih harus mampu berkomitmen terhadap kelestarian lingkungan, menjaga ketahanan pangan, serta memberikan perhatian khusus pada isu sosial dan ekonomi yang adil bagi seluruh masyarakat.
Penulis: Fittri dan Sandi Lias Tanjung
Mahasiswa Magang Prodi Jurnalistik Islam, Fakultas Dakwah, UIN STS Jambi