Digitalisasi Kunci agar UMKM tak Ambruk Dihantam Pagebluk

Jambi, kilasjambi.com – Satu demi satu biji buah Sibalik Sumpah mulai dirangkai untuk dijadikan pernak pernik aksesoris, kemudian nantinya dipasarkan guna mendapatkan rupiah. Begitulah kegiatan yang beberapa tahun ini dilakoni oleh Fajri, seorang pemuda dari Desa Muara Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi.

Di awal cerita, Fajri mengungkapkan jika usaha yang dirintis sejak tahun 2018 ini bukan semata untuk mencari pundi-pundi rupiah, namun lebih bertujuan untuk membantu perekonomian keluarga serta menambah biaya untuk perkuliahan yang saat ini sedang dihadapinya.

“Usaha ini saya rintis sejak tahun 2018 yang lalu, hasil keuntungan dari penjualan gelang Sibalik Sumpah saya gunakan untuk bantu-bantu orang tua dan juga untuk menambah biaya perkuliahan”, ungkap Fajri.

Membaca potensi dan peluang, hal itu yang terucap dari mulut Fajri mengenai asal muasal dirinya menekuni usaha produksi aksesoris yang ia namai “Fajri Handycrafe”. Lokasi tempat tinggal yang berdekatan dengan objek wisata Candi Muaro Jambi merupakan peluang baginya untuk mendulang rupiah. Potensi seperti itu tidak dia lewatkan begitu saja.

“Saya melihat nyaris setiap hari Candi Muaro Jambi didatangi wisatawan, karena Candi Muaro Jambi memang menjadi salah satu ikon wisata Provinsi Jambi. Jadi secara logika pasti wisata Muaro Jambi ini ramai dikunjungi wisatawan. Ketika seseorang berkunjung ke tempat wisata, biasanya mereka akan mencari buah tangan dan kebanyakan mereka tertarik dengan hal-hal yang kental dengan nilai budaya seperti Sibalik Sumpah, apalagi saya juga menambahkan manfaat Sibalik Sumpah di setiap bungkusan aksesoris,” katanya.

Aksesoris bernuansa kearifan lokal itu yang coba ditampilkan oleh pemuda berkulit sawo matang tersebut dari produk aksesorisnya. Dalam tiap kemasan Sibalik Sumpah tertulis dengan jelas sejarah dan khasiat bagi siapa yang menggunakannya, dan itu menjadi nilai jual yang ampuh bagi Fajri dalam memasarkan produknya.

“Dalam kemasan produk aksesoris saya menambahkan catatan bahwa Sibalik Sumpah ini merupakan tradisi yang dipercaya oleh suku asli Jambi, yakni suku anak dalam atau Orang Rimba dan konon katanya dalam kepercayaan mereka Sibalik Sumpah mampu menangkal hal-hal negatif yang akan menganggu mereka,” terangnya.

Selain menyasar pasar wisatawan yang berkunjung ke Candi Muaro Jambi, Fajri juga merambah pasar anak muda, baginya momentum berjamurnya cafe pada masa kini harus bisa dia manfaatkan sebagai wadah untuk memasarkan produk yang identik dengan Orang Rimba tersebut. Fajri melihat jika aksesoris yang lekat dengan kearifan lokal kini mulai digemari oleh anak muda. Oleh karena itu, dia juga menangkap pasar anak muda untuk memasarkan produk Sibalik Sumpah.

“Selain di komplek percandian Muaro Jambi, Sibalik Sumpah ini saya pasarkan juga di tempat kekinian. Seperti di cafe dan barbershop yang banyak dikunjungi oleh anak muda,”  ucapnya.

Sejatinya Sibalik Sumpah ini memang identik dengan budaya Jambi, karena menurut sejarahnya Orang Rimba yang menggunakan buah Sibalik Sumpah sebagai gelang atau kalung. Akan tetapi peminat gelang dan kalung yang terbuat dari buah Sibalik Sumpah bukan hanya datang dari dalam Provinsi Jambi, banyak juga konsumen dari luar daerah yang memasang produk aksesoris buatan Fajri.

“Awal berjualan memang kebanyakan konsumen saya orang yang berasal dari Jambi, namun sekarang pemesan sifatnya random, bisa berasal dari luar daerah. Walaupun belum terlalu banyak, tapi ada lah seperti dari Sumatera Barat, Bogor, Bandung dan kota-kota lainnya,” jelas Fajri.

Optimalkan Metode Penjualan Online Akibat Covid 19

Hadirnya virus Covid 19 dalam kehidupan masyarakat turut mempengaruhi banyak sektor, termasuk sektor pariwisata. Banyak tempat wisata mulai ditutup, termasuk wisata candi Muaro jambi. Tak pelak ini menjadi pukulan bagi Fajri dalam menjalankan usahanya, apalagi wisatawan yang berkunjung ke Candi Muaro Jambi merupakan pangsa pasar yang rutin memberi keuntungan baginya.

Keadaan makin memburuk ketika aturan PSBB yang membatasi operasional cafe-cafe yang ada di Kota Jambi, dengan berkurangnya operasional cafe, maka pengunjung menjadi sepi dan itu berdampak pada Sibalik Sumpah yang dia titipkan ke beberapa cafe.

“Pandemi Covid 19 memang menjadi pukulan bagi saya, apalagi candi ditutup, tidak ada orang yang datang berkunjung artinya tidak ada juga yang membeli aksesoris dari buah Sibalik Sumpah. Penjualan Sibalik Sumpah di cafe-cafe juga merosot sekali, mungkin karena ekonomi menurun orang jadi jarang berkumpul di cafe dan akibatnya aksesoris yang saya titipkan susah untuk laku,” ucap Fajri.

Perlahan tapi pasti, jemari tangan Fajri mulai menari di atas layar handphone, satu per satu gambar aksesoris Sibalik Sumpah dimasukkan ke dalam market place. Efek hadirnya pandemi memicu dirinya untuk bertransformasi. Sebagai anak muda yang melek dunia digital, penjualan Sibalik Sumpah mau tak mau dilakukan dengan online. Apalagi ketika situasi belum sepenuhnya normal.

Aksesoris gelang Sibalik Sumpah, foto: Fajri

Sebenarnya sedari awal merintis usaha Sibalik Sumpah, Fajri telah menerapkan metode penjualan online, hanya saja karena penjualan secara langsung lumayan banyak peminat. Akhirnya penjualan online tidak dia lakukan dengan optimal. Hal itu karena dirinya merasa pemasukan dari penjualan secara langsung sudah memenuhi target yang dia inginkan.

“Dari awal saya membuat usaha kerajinan tangan ini, sudah dipasarkan dengan online. Mulai dari Instagram, Facebook, Whatsapp dan Tokopedia saya pasarkan, hanya saja karena banyak pesanan secara langsung, jadi saya tidak fokus untuk mengurusi penjualan online,” kata Fajri.

Ketika wabah Covid 19 mulai merajalela dan angka penjualan Sibalik Sumpah di Candi Muaro Jambi dan cafe mulai merosot turun, mau tidak mau Fajri mulai mengoptimalkan metode penjualan online. Hal ini berhasil menyelamatkan Fajri dari keterpurukan akibat pandemi dan usahanya tidak gulung tikar seperti kebanyakan usaha yang lain, yang tidak mampu beradaptasi dengan pandemi.

“Ketika angka penjualan menurun akibat Covid, saya mau tidak mau segera putar arah dan kembali menggunakan metode penjualan online. Walaupun tidak sebanyak pembeli dengan cara jualan langsung, paling tidak hasil dari penjualan online ini cukup untuk memenuhi kebutuhan,” kata Fajri.

Membuat Jambi dikenal dari Sabang sampai Merauke, hal itu yang menjadi salah satu keinginan Fajri. Dengan adanya produk Sibalik Sumpah yang dijual secara online, secara tidak langsung dirinya ikut memperkenalkan Jambi. Apalagi Sibalik Sumpah merupakan aksesoris yang juga digunakan oleh Orang Rimba. Sebuah kebanggaan baginya jika Sibalik Sumpah bisa merambah ke tingkat Nasional.

“Saya berkeinginan Sibalik Sumpah bisa dikenal banyak orang, selama ini belum banyak yang tau kalau ada aksesoris dari suku asli jambi. Apalagi sekarang saya jualan dengan sistem online, seluruh Indonesia bisa kenal dengan Jambi berkat Sibalik Sumpah,” katanya.

Adaptasi UMKM di Masa Pandemi

Ade Saputra, Dosen Universitas Sriwijaya sekaligus Penggiat Teknologi dan Informasi, mengatakan virus Covid 19 memberikan perubahan yang drastis bagi pelaku usaha mikro kecil menengah, banyak usaha dari masyarakat yang terpaksa harus gulung tikar dikarenakan ketidakmampuan mereka untuk beradaptasi. Untuk itu, masyarakat harus mampu mengoptimalkan ruang digital sebagai sarana untuk berniaga.

“Kunci keberhasilan usaha masyarakat bertahan di tengah badai akibat virus pandemic Covid 19 adalah beradaptasi, masyarakat harus peka terhadap pasar di ruang digital karena dengan memasarkan produk mereka melalui platform digital maka permasalahan penjualan akibat pandemi Covid 19 bisa teratasi. Apalagi sekarang tersedia berbagai platform di dunia maya untuk memasarkan produk, jadi masyarakat tidak akan kebingungan untuk memasarkan produk mereka,” ucap Ade. (Afriansyah)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts