Dema-Fusa UIN Sutha Jambi Laksanakan Diskusi Tentang Teori Komodifikasi

Oleh: Taufik Rahman*

KILAS JAMBI – Agama secara bahasa berasal dari Bahasa Sansakerta, yaitu: “a” yang berarti “tidak” dan “gama” berati “kacau.” Sehingga secara sederhana, agama dapat dimaknai “tidak kacau (teratur).” Ini menunjukkan fungsi agama sebagai rule-giver (pemberi aturan) agar terciptanya kehidupan yang seimbang antara dunia dan akhirat.

Islam mengenal konsep Maqashid Syari’at, yang memiliki asas setidaknya lima yakni: (1) Menjaga agama; (2) Menjaga jiwa; (3) Menjaga akal, (4) Menjaga keturunan, dan (5) Menjaga harta. Konsep ini adalah salah satu bentuk urgensi agama sebagai penuntun kehidupan manusia agar terpeliharanya suatu kemaslahatan.

Agama dalam beberapa hari ini acapkali disalahgunakan hanya sebagai komoditas dalam berbagai ranah, termasuk politik. Agama seolah hanya menjadi nilai jual dalam menarik simpati masa, sehingga esensi murni dari agama tersebut menjadi terkikis.

Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, melalui DEMA (Dewan Eksekutif Mahasiswa) Bidang Keagamaan mengadakan kegiatan “Mengaji dan Mengkaji” yang dinisiasi Ariyandi Batu Bara, S.Ud., M.Ud. Kegiatan ini dilakukan secara rutin pada setiap hari Jumat, dengan diawali membaca surat Yaasiin dan do’a bersama, lalu setelahnya diisi dengan kegiatan diskusi untuk menumbuhkan minat literasi ilmiah dan budaya membaca di kalangan mahasiswa.

Kajian mengambil tema “Komodifikasi Agama dalam Ruang Politik” yang diisi narasumber Ariyandi Batubara. Dalam kegiatan tersebut dipaparkan mengenai konsep-konsep dasar dari komodifikasi, yang maka komodifikasi terdiri dari kata komoditi dan modifikasi. Komoditi memiliki arti jasa atau barang yang memiliki nilai dan modifikasi bermakna perubahan fungsi dan bentuk.

Narasumber menagatakan bahwa fungsi agama hendaknya sebagai penuntun kebijaksanaan dan kebenaran, jangan tergeserkan oleh ambisi manusia, sehingga problemnya agama hanya menjadi barang (komoditas) yang bisa diperjual belikan untuk kepentingan pribadi maupun kelompok yang pragmatis.

Harapannya kegiatan ini bisa menjadi langkah awal dalam menciptakan mahasiswa/i yang cinta akan ilmu. Karena seperti yang dikatakan oleh Prof. Hamka: “Iman tanpa ilmu, laksana lentera di tangan bayi. Sedangkan ilmu tanpa iman bagaikan lentera ditangan pencuri,” demikian pamateri mengutip adegium filsuf dari Sumatera Barat tersebut.

*Mahasiswa IAT FUSA UIN Jambi

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts