KILAS JAMBI – The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) Jambi menggelar diskusi publik dalam rangka pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 di Universitas Nurdin Hamzah (UNH). Kamis (07/11/24), diskusi bertemakan “Mengulik Visi Misi dan Program Kerja Cagub-Cawagub Jambi untuk Keadilan Lingkungan”.
Kegiatan ini diikuti peserta dengan berbagai latar belakang. Mulai dari mahasiswa, aktivis lingkungan dan jurnalis. Pembicara diskusi merupakan orang-orang yang berkompeten di bidangnya yang terdiri dari akademisi, NGO, SIEJ, serta calon kepala daerah.
Salah satu pembicara diskusi, Suhendri, Akademisi UNH menyampaikan pandangan kritisnya terhadap visi, misi, dan program dari Cagub-Cawagub Jambi. Menurutnya, kedua pasangan calon belum menunjukkan komitmen yang cukup dalam melestarikan lingkungan. Meskipun Paslon nomor urut 1 Romi-Sudirman menawarkan program pemberdayaan desa dan mendukung Geopark Merangin.
“dikhawatirkan dampak jangka panjang terhadap ekosistem jika program tersebut tidak diterapkan dengan hati-hati,” katanya.
Ia mengatakan bahwa program dari Romi-Sudirman sudah bagus, namun juga berbahaya. Program turunan dari paslon 1 adalah memberikan dana bantuan sebesar 300 juta rupiah untuk setiap desa. Sebenarnya bagus untuk peningkatan desa, namun jika program ini tidak diimplementasikan dengan baik, maka akan berbahaya.
Nurbaya Z, dari Yayasan Setara Jambi, menekankan pentingnya bagi kedua paslon untuk menerapkan program pengelolaan pangan lokal dan perlindungan tanah untuk mencegah konversi lahan yang semakin meluas. Menurut Nurbaya, konversi lahan menjadi perkebunan atau industri dapat mengancam keberlanjutan sumber daya alam dan mengurangi daya dukung lingkungan yang dibutuhkan untuk ketahanan pangan masyarakat.
Suang Sitanggang dari SIEJ juga mengkritik kinerja Gubernur Jambi saat ini, Al Haris, terkait pengelolaan Sungai Batanghari. Suang menilai bahwa selama masa jabatannya tidak ada kebijakan yang jelas untuk memperbaiki kondisi sungai yang tercemar, padahal Sungai Batanghari merupakan sumber kehidupan penting bagi banyak warga Jambi.
“Kebersihan sungai harus menjadi prioritas dalam setiap kebijakan lingkungan,” kata Suang.
Robert Aritonang, Manajer Program Konservasi dan Suku Adat Marginal dari Komunitas Konservasi Indonesia Warsi (KKI Warsi) mengatakan bahwa calon gubernur masih belum memahami tentang lingkungan.
“Lingkungan dalam perspektif mereka itu menjadi beban. Tapi mereka tidak paham bahwa lingkungan menjadi sumber kehidupan manusia,” katanya.
Ia juga menambahkan bahwa siapa pun yang terpilih nantinya harus dituntut agar mereka bisa lebih memiliki perspektif terhadap isu lingkungan, dan mampu membuat sistem sosial dan ekonomi yang berkeadilan kepada rakyat. Lingkungan harus dipandang sebagai sumber kehidupan yang harus dilindungi, bukan sekadar beban ekonomi.
Ia mengkritik pandangan yang lebih mengutamakan kepentingan ekonomi jangka pendek tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap keberlanjutan alam yang akan berdampak buruk bagi generasi mendatang.
Hal tersebut juga mendapat tanggapan dari Ismet, aktivis lingkungan Jambi. Ia mengatakan bahwa organisasi lingkungan dan masyarakat di Jambi tidak seharusnya mengulik visi dan misi paslon yang tidak relevan, namun kita harus intervensi visi dan misi mereka tentang lingkungan.
“Persoalan di Jambi hingga hari ini sangat komplit. Sungai yang diracuni, hutan yang ditebangi, hak Orang Rimba yang dirampas, serta masyarakat adat yang dikriminalisasi,” kata Ismet.
Ismet menambahkan bahwa perubahan itu harus dilakukan dari diri sendiri dan jangan berharap pada pemerintah. Bahkan, dari kedua paslon gubernur dan wakil gubernur masih belum terlihat konsen mereka tentang melestarikan Jambi ini akan menjadi apa dalam lima tahun ke depan.
“Lingkungan tidak harus diperjuangkan karena dia punya hak untuk hidup, hak sendiri. Yaitu hak asasi lingkungan. Tapi manusia yang merusak mereka,” kata Ismet.
“Siapa pun yang terpilih nantinya, kita harus tuntut mereka untuk lebih peduli lagi terhadap lingkungan Jambi. Baik sungai, tanah, adat, dan budayanya,” kata Ismet menambahkan.
Mahasiswa yang hadir dalam diskusi ini juga menyuarakan kekhawatiran yang serupa. Mereka menilai meskipun kedua pasangan calon mencantumkan isu lingkungan dalam visi dan misi mereka, belum ada solusi konkrit untuk masalah-masalah jangka panjang seperti deforestasi dan kerusakan sungai.
Mahasiswa mendesak calon kepala daerah (cakada) di Jambi terutama gubernur terpilih untuk lebih serius dalam merumuskan kebijakan yang dapat mengatasi isu lingkungan, dan memastikan keberlanjutan lingkungan di Provinsi Jambi.
Penulis: Dila Rohaliza dan Aidil Adha
Mahasiswa Magang Prodi Jurnalistik Islam, Fakultas Dakwah, UIN STS Jambi