Oleh: Dina Aprilia*
STUDI Islam adalah suatu studi yang sangat mendalami ajaran agama Islam, baik dari aspek sejarah, pemikiran, konsep, dan tokoh. Dalam arti lain, seseorang yang mempelajari studi Islam diharapkan membawa keselamatan di dunia dan akhirat.
Namun, pada tatanan empiris, khususnya di kalangan remaja, acapkali terjadi perilaku mereka yang melenceng dari perspektif budaya nusantara dan konsep ajaran agama Islam. Bahkan, tidak sedikit peristiwa immoral seperti pergaulan bebas terjadi di kalangan remaja.
Nabi Muhammad SAW memberikan pemisalan yang sangat filosofis mengenai makna pergaulan. Menurut Nabi Muhammad SAW, mendapatkan teman yang tepat dapat diibaratkan bagaikan berteman dengan seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Maksudnya, jika manusia mendekat ke penjual minyak wangi, seseorang setidaknya akan mendapat bau harum darinya, apalagi jika sampai mendapatkan minyaknya. Sedangkan, jika mendekat ke pandai besi, seseorang akan mendapat bau asapnya yang tidak sedap, bisa jadi malah mendapat percikan api darinya, begitulah analogi tentang pentingnya menjaga pergaulan atau circle di kalangan remaja.
Pergaulan bebas dalam pemahaman di masyarakat identik dengan kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh remaja yang tentu saja bertentangan dengan nilai dalam masyarakat. Menurut Kartono, ilmuwan sosiologi menjelaskan bahwa: “Pergaulan bebas merupakan gejala patologis social pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian social, akibatnya mengembangkan perilaku yang menyimpang.”
Arti lain dari pergaulan bebas adalah: salah satu bentuk menyimpang yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas norma-norma. Jadi dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwasanya pergaulan bebas adalah perilaku manusia yang menyimpang yang melanggar norma-norma agama dan tidak ada batasannya.
Contohnya bisa kita lihat dari kejadian baru-baru ini tentang oknum anak pejabat DPRD Jambi yang mengalami kecelakaan tanpa busana bermula dari pacaran dan digerebek warga. Hal ini disampaikan oleh Kapolres Kota Jambi; Kombes Pol Eko Wahyudi pada Jumat 3 Februari 2023. Nah, dari sini bisa dilihat bahwa pergaulan bebas sekarang sudah banyak terjadi di sekitar kita maka dari itu kita harus bisa menghindarinya.
Banyak faktor penyebab terjadinya pergaulan bebas, di antaranya kurangnya ilmu agama, minimnya pengawasan orang tua, ekonomi keluarga, broken home, sosial media, dan kondisi lingkungan. Dalam konteks demikian, lingkungan teman sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter seseorang.
Bagi remaja, teman merupakan relasi yang menjadi tempat ternyaman mengeluarkan curahan hatinya. Karenanya, seseorang harus selektif dalam mencari teman. Lingkungan tempat bergaul menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi sikap dan tindakan para remaja.
Dengan melihat dampak yang ditimbulkan dari pergaulan bebas, maka memerangi pergaulan bebas di kampus maupun di lingkungan sekitar adalah sebuah keniscayaan. Dalam memerangi pergaulan bebas perlu dilakukan tindakan-tindakan preventif, seperti: kita harus memperbaiki cara pandang atau mind set, tidak boleh mengikuti teman yang memiliki perilaku negatif: seperti pergi keluar rumah dengan teman-teman di malam hari (begadang tidak karuan).
Mari menghabiskan waktu untuk aktivitas yang produktif dan berorientasi pada masa depan yang lebih baik sehingga tidak menjadi beban keluarga. Tanamkan pada diri untuk tidak mengikuti zina: seperti pacaran dan berduan dengan lawan jenis. Perbanyaklah pengetahuan dengan cara meningkatkan meningkatkan keimanan dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dan juga menjaga hubungan baik antara anak dan orang tua. Hubungan yang harmonis dalam keluarga secara langsung menjadi perekat sehingga orang tua dapat mengawasi anak dengan mudah. Hubungan yang erat antara anak dan orang tua juga memberikan keleluasaan pada anak untuk terbuka dengan segala permasalahan yang dia hadapi. Memberikan investasi dalam pendidikan agama merupakan kontrol yang paling mumpuni dalam memerangi pergaulan bebas. Karenanya pendidikan agama tersebut urgent untuk diberikan sejak dini.
Anak yang diberikan pendidikan agama sejak dini dan terus menerus akan menjadi benteng bagi anak untuk tidak terjerumus ke pergaulan bebas. Agar anak terhindar dari pergaulan bebas, maka harus ada kerja sama yang harmonis antara pendidik dan orang tua untuk berani tegas dalam menekan, mengurangi, dan pada akhirnya menghilangkan budaya pergaulan bebas yang mengarah pada permisifme seksualitas.
Peran orang tua, keluarga, dan lingkungan dalam perkembangan anak menjadi sangat penting. Diharapkan akan muncul sinergi dan kerja sama yang tepat dan produktif, memberikan pemahaman-pemahaman budaya Islam yang mulai luntur di kalangan mahasiswa untuk menangkal pergaulan bebas beserta segala dampak negatifnya. Diharapkan dengan pemahaman ini para mahasiswa atau remaja khususnya, dapat merenungkan tentang pergaulan-pergaulan bebas yang telah menyebar luas ini, dan memberikan sikap yang lebih baik dalam bergaul atau memilih pergaulan, karena suatu lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan karakter remaja sebagai generasi penerus bangsa ini.
*Mahasiswa Prodi AFI UIN STS Jambi