Beragam Persoalan Belajar Daring di Tengah Pandemi

KILASJAMBI– Penerapan kebijakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makariem bulan Maret lalu, sekolah-sekolah hingga kini masih belum dibuka. Belajar online atau daring menjadi pilihan yang dianggap terbaik oleh pemerintah sejak masuknya wabah Virus Corona di Indonesia.

Belajar online memaksa semua orang untuk bisa memanfaatkan teknologi yang ada. Karena itu, tak sedikit dari pelajar memiliki keluhan terutama yang berada pada Sekolah Dasar (SD)

Misalnya seperti yang dialami Rizki Darmansyah, salah satu murid MI Muhajirin di Telanaipura, Kota Jambi . Rizki yang saat ini duduk dibangku kelas 3 mengatakan,  tidak memiliki smartphone pribadi sehingga ia harus meminjam perangkat smartphone milik orangtuanya.

“Saya belum memiliki HP android, jadi saya harus pinjam punya orangtua saya agar bisa ikut belajar,” ujar Rizki. Rabu, (23/9/2020).

Saat mewawancarai Rizki, orangtuanya juga memberikan komentar mengenai keluhan kuota internet yang terbatas. Hal itu karena di MI Muhajirin belum tersentuh bantuan kuota intenet gratis dari Kemendikbud.

“Saya berharap ada bantuan kuota internet nantinya, sehingga bisa sedikit meringankan pengeluaran” ujar orangtua Rizki.

Siasat Pembelajaran Lewat Materi Video

Tak hanya sampai disitu, terkadang Rizki mengeluh karena kurang paham dengan materi yang dijelaskan gurunya melalui pembelajaran daring via aplikasi WhatsApp.

Hal ini menunjukkan bahwa guru harus memiliki siasat agar murid dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan.

Fitri Maryani, salah seorang guru di SD 216 Kota Jambi memilih siasat untuk memberikan variasi pembelajaran berupa video.

“Sebagai guru, keberhasilan saya adalah ketika murid memahami materi yang saya sampaikan. Karenanya, saya tidak hanya memberikan soal-soal kepada mereka tetapi juga video pembelajaran agar mereka lebih tertarik.” ujar Fitri

Dengan adanya video pembelajaran diharapkan dapat memberikan semangat para murid agar selalu belajar. Di samping itu peran orangtua juga dibutuhkan untuk membantu guru memantau anak-anaknya dirumah.

Sama halnya dengan Rizki, Sephina yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 10 Kota Jambi juga merasakan hal yang sama.

Namun bukan karena tidak memiliki handphone pribadi. Akan tetapi karena kurang paham dengan materi yang diberikan. Terlebih lagi ketika sudah berhubungan dengan rumus-rumus.

“Sulit sekali bagi saya untuk memahami materi, terlebih ketika berhubungan dengan rumus-rumus yang hanya dijelaskan melalui video dan dishare di WA dan Classroom,” ujar Sephina, Kamis (24/9/2020).

Terlepas dari keluh kesah itu semua, kebijakan ini dibuat juga untuk mementingkan kesehatan dan keselamatan bersama. Jadi, kita harus pandai mengambil tindakan dan hikmah dari setiap permasalahan.

Untuk kedepannya diharapkan agar sekolah-sekolah yang belum tersentuh bantuan kuota internet gratis menjadi perhatian pemerintah.

Penulis: Riska Amelia

Editor: Gresi Plasmanto

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts