Urusan Rumah Tangga Kelar, Orderan Siap Diantar

Yosi Stefani begitu semringah sejak semalam, ia mendapat orderan lebih banyak dari biasanya. Produk baju anak-anak yang ia pajang di toko online miliknya mulai digandrungi. Hari ini, ia harus mengemas 11 paket pesanan, dengan tujuan paling jauh Surabaya, Jawa Timur.

Sudah dua tahun ibu muda kelahiran Padang, Sumatera Barat, 33 tahun silam itu, merintis toko online dengan branding “heykrucils”, bermodal pengalaman pernah membuka toko pakaian bersama saudaranya saat ia masih lajang. Memasuki tahun ke-3, jerih payahnya konsisten berjualan di dunia maya mulai menampakkan hasilnya.

Berjualan online sebenarnya bukan perkara mudah bagi Yosi, telah memiliki tiga anak yang dua di antaranya masih balita, membuatnya harus pintar membagi waktu antara pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan pedagang “dalam jaringan”.

“Beruntung saya ikut program free pick up JNE, kurir yang jemput paket ke rumah dan bebas biaya,” kata Yosi Stefani, saat ditemui di rumahnya di kawasan Pakuan Baru, Kota Jambi.

Baginya, program itu sangat membantu reseller sepertinya dirinya dalam memenuhi pesanan customer. Kesibukannya mengurus keluarga sambil berdagang tetap bisa dijalani berbarengan.

“Urusan rumah tangga kelar, pesanan lancar diantar,” kata Yosi tersenyum, sembari mengemas paket yang akan dikirim ke luar kota.

Selain berjualan di platform media sosial, dirinya juga memiliki toko online di sebuah marketplace. Bila ada pesanan dari pelanggan, kurir JNE akan langsung melakukan konfirmasi ke dirinya.

“Paling lama itu satu hari dari pemesanan, jika kurirnya kebetulan melalui rute rumah kita, paket akan dijemput saat itu juga,” katanya.

Menurut Yosi, program JNE memang menunjang pelaku UMKM seperti dirinya. Bukan hanya gratis penjemputan paket ke rumah saja. JNE juga membantu print out alamat pemesan. Dulu, dia sendiri yang harus menuliskan alamat pelanggan di kertas.

“Packing kita sendiri, namun sekarang untuk print out alamat pengorder. JNE nya langsung, kita cukup menunjukkan nomor resi pemesanan online ke kurir. Alamat pengiriman itu sudah terdata di JNE” katanya.

“Kita tidak perlu menulis alamat lagi, sangat terbantu. Barang dijemput ke rumah, pekerjaan rumah tangga aman,” tambahnya.

Keuntungan lainnya, kata Yosi, bila pengiriman di atas lima kilogram akan mendapat diskon ongkos kirim (ongkir) dari JNE.

Dua tahun berjualan online, Yosi tidak pernah mendapat komplain dari pelanggan, apalagi soal jadwal pengiriman, faktor ini juga yang membuat usahanya menunjukkan progres yang menggembirakan.

“Tidak ada komplain dari customer selama menggunakan jasa JNE, pengiriman selalu tepat waktu,” katanya meyakinkan.

Saat ini, ia bisa melayani 40 pemesanan dalam sebulan dengan tujuan berbagai daerah. Sedangkan pengiriman untuk rute dalam kota. Yosi menyebut hanya dikenakan ongkos kirim Rp10 ribu per paket.

“Sekarang pesanan lumayan, terutama bila memasuki lebaran Idul Fitri,” katanya.

“Sejak jualan online, perekonomian keluarga sangat terbantu,” kata Yosi menambahkan.

Yosi menuturkan, dari toko online miliknya yang ada di marketplace. Jasa pengiriman yang paling banyak direkomendasikan salah satunya memang JNE.

“Mungkin karena jangkauan mereka lebih luas dan banyak program yang menguntungkan untuk penjual dan pembeli,” kata Yosi.

Ditambah lagi, era digitalisasi ini kian memudahkan pelaku home industry seperti Yosi memasarkan produknya. Cukup berjualan di rumah dengan memanfaatkan ruang digital, ia senang bisa membantu konsumen mendapatkan fashion berkualitas dan terjangkau untuk menunjang gaya hidup.

Selamat dari “Jurang” Pandemi

Banyak manfaat bermitra dengan JNE juga dirasakan Muhammad Fajri, seorang pemuda dari Desa Muara Jambi, Kabupaten Muaro Jambi. Fajri merangkai biji buah Sibalik Sumpah untuk dijadikan pernak-pernik aksesoris gelang dan kalung.

Sejak tahun 2018 ia menjalankan usahanya dengan branding “Fajri Handycraft”. Ini ia lakoni, untuk membantu perekonomian keluarga serta menambah biaya menempuh pendidikan di bangku perkuliahan.

“Keuntungan dari penjualan aksesoris Sibalik Sumpah saya gunakan untuk bantu-bantu orang tua,” ungkap Fajri.

Tinggal di kawasan wisata sejarah situs Candi Muaro Jambi, Fajri jeli melihat peluang untuk menjual aksesoris yang bermuatan kearifan lokal. Apalagi situs ini merupakan salah satu ikon wisata Provinsi Jambi.

“Saya melihat nyaris setiap hari Candi Muaro Jambi ramai didatangi wisatawan. Ketika seseorang berkunjung ke tempat wisata, biasanya mereka akan mencari buah tangan dan kebanyakan mereka tertarik dengan hal-hal yang kental dengan nilai budaya seperti Sibalik Sumpah,” katanya.

Di setiap kemasan Sibalik Sumpah tertulis dengan jelas sejarah dan khasiat bagi siapa yang menggunakannya, dan itu menjadi nilai jual yang ampuh bagi Fajri dalam memasarkan produknya.

Aksesoris gelang dan kalung Sibalik Sumpah hasil olahan tangan Fajri, foto: kilasjambi.com

Sibalik Sumpah ini merupakan tradisi yang dipercaya oleh suku asli Jambi, yakni Suku Anak Dalam atau Orang Rimba. Dan konon katanya dalam kepercayaan mereka Sibalik Sumpah mampu menangkal hal-hal negatif yang akan menganggu mereka,” kata Fajri menerangkan.

Selain menyasar pasar wisatawan yang berkunjung ke Candi Muaro Jambi, Fajri juga merambah pasar anak muda, baginya momentum berjamurnya coffeshop pada masa kini harus bisa dia manfaatkan sebagai wadah untuk memasarkan produknya. Fajri melihat jika aksesoris yang lekat dengan kearifan lokal kini mulai digemari oleh anak muda.

Namun malang tak dapat ditolak, Fajri masygul saat pandemi Covid-19 melanda di awal tahun 2020. Ia yang terbiasa berjualan offline, terhenyak mendapati omsetnya merosot, karena warung kopi kekinian tempat ia menitipkan produk aksesorisnya sepi pengunjung karena diberlakukannya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Begitu juga dengan kawasan Candi Muaro Jambi yang dilarang menerima wisatawa di awal-awal pandemi.

“Pandemi Covid-19 memang menjadi pukulan bagi saya, apalagi candi ditutup, tidak ada orang yang datang berkunjung artinya tidak ada juga yang membeli aksesoris dari buah Sibalik Sumpah. Penjualan di cafe-cafe juga merosot sekali,” kata Fajri.

Tak ingin usaha yang dirintisnya sejak empat tahun silam punah tak berbekas, Fajri merespon dengan memperkuat branding di ruang digital.

Beruntung, Fajri tak gagap teknologi, memanfaatkan gawai miliknya. Ia mulai gencar mempromosikan produknya di ruang digital, termasuk mendaftar di market place. Efek hadirnya pandemi memicu dirinya untuk bertransformasi. Sebagai anak muda yang melek digitalisasi, penjualan Sibalik Sumpah mau tak mau dilakukan secara online.

Sebenarnya sedari awal merintis usaha Sibalik Sumpah, Fajri telah menerapkan metode penjualan online, hanya saja karena penjualan secara langsung banyak peminat. Dirinya pun terlena. Akhirnya penjualan online tidak digarap optimal, karena dirinya merasa pemasukan dari penjualan langsung sudah memenuhi target yang diinginkan.

Berkat digitalisasi, produk kerajinan tangan milik Fajri makin dikenal luas. Bahkan ia pernah mendapat orderan hingga ke Provinsi Gorontalo, kini Fajri bisa mengantongi cuan hingga Rp3 juta dari berjualan online.

Soal metode pengiriman, JNE merupakan salah satu jasa pengiriman yang ia percayakan. Untuk pengiriman di dalam Kota Jambi, ongkos kirim hanya dikenakan biaya Rp10 ribu.

“Jika masih di daerah Sumatera hanya Rp20 ribu per paket jika gunakan JNE, jadi pemesan tidak keberatan dengan ongkirnya,” kata lajang lulusan pesantren di Jombang ini. Sembari mengatakan ia tidak kesulitan menemukan outlet JNE yang banyak tersebar.

Selama pandemi rata-rata per bulan ia bisa mengirim paket hingga 10 pengiriman ke berbagai daerah, “Sumbangsih omset saya saat ini banyak dari jualan online, Alhamdulillah produk saya sudah banyak dikenal di luar daerah,” katanya.

“Selama pengiriman gunakan JNE juga tidak ada komplain dari konsumen,” tutupnya.

Jaga Komitmen

Sales Marketing JNE Jambi, Muhammad Faathir mengatakan, menjaga komitmen adalah modal mereka mendapat kepercayaan dari masyarakat.

“Selama alamat pengiriman lengkap dan nomor yang bisa dihubungi aktif untuk kita melakukan konfirmasi, komitmen kita barang akan tetap diantar sampai alamat,” kata Faathir menegaskan.

“Kecuali memang ada permintaan dari konsumen jika mereka sendiri yang akan menjemput ke cabang JNE. Tapi kalo dari JNE itu wajib diantar,” tambahnya.

Untuk daerah yang cukup sulit diakses atau jauh dari pusat kota, upaya yang dilakukan JNE agar paket pengiriman sampai alamat dan tepat waktu adalah dengan membuka cabang di setiap kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Setiap cabang sudah dilengkapi dengan armada baik roda dua maupun roda empat.

“Seperti di daerah Kabupaten Tanjungjabung Timur, banyak daerah yang dilalui dengan penyeberangan. Strategi yang dilakukan JNE agar paket sampai ke tangan konsumen dengan membuat jadwal pengiriman dalam 2-3 hari sekali,” katanya.

JNE terus memperluas cabangnya terutama di daerah pinggiran kota untuk memberi kemudahan kepada masyarakat melakukan pengiriman paket, foto: riki/kilasjambi.com

Faathir menjelaskan, di JNE ada zona-zona daerahnya, zona A sampai D. Zona D merupakan daerah yang jauh, jadi waktu pengirimannya lebih lama. Dan jadwal pengiriman sudah dijelaskan ke pelanggan sesuai dengan zona-zona tadi.

“Memang kendala kita kalau pengiriman untuk di zona D adalah akses sinyal. Lalu jika di daerah pertanian, pemesan tidak standby dan sore baru pulang ke rumah, karena biasanya pagi hingga siang mereka berada di sawah atau kebun. Tapi ini bukan jadi halangan bagi kita, sebab komitmennya barang harus sampai alamat,” tegas Faathir.

Progam free pick up, katanya, memang menjadi satu program andalan bagi penjual atau reseller. Sebab berapa pun kirimannya, bisa dibantu dengan program tersebut, bebas ongkos kirim.

“Malah jika penjualan reseller tersebut lumayan tinggi, bisa kita kasih cash back untuk ongkirnya,” kata Faathir.

Reward yang diberikan berupa potongan tagihan ongkir dalam per bulan, corporate atau reseller yang merupakan mitra JNE diberikan cash back setiap bulan. Lalu, ada program langsung antar dalam kota. Ongkos pengiriman tidak berdasarkan beratnya paket, harga pengirimannya flat Rp10 ribu selama di dalam kota.

“Sebenarnya biaya ongkir itu bisa dibayar harian, mingguan atau bulanan. Fleksibel sih, tergantung keinginan penjual. Tapi rata-rata kalau perusahaan atau reseller itu milih tagihannya per bulan, lebih enak rekapannya,” kata Faathir.

Kemudahan lainnya yang diberikan JNE kepada mitra mereka adalah dalam bentuk laporan khusus, tracing setiap hari untuk mengetahui barang yang dipaketkan sudah sampai atau belum ke pengorder.

“Kita buatkan juga Whatsapp Group yang di dalamnya terdapat tim JNE dan penjual, sehingga jika mereka mendapat komplain soal paket yang belum terkirim sesuai jadwal akan direspon langsung tim JNE,” katanya.

 

#JNE31tahun

#JNEMajuIndonesia

#jnecontentcompetition2021

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts
Read More

Bukan Sekadar Magang

*Gresi Plasmanto Waktu itu mereka datang diantar oleh dosen pamong. Dosen pamong, Bang Jun–begitu kami menyapanya, memasrahkan lima…