Menilik Potensi Pasar Industri Animasi

Dari milenial hingga orang tua, berkumpul di sebuah ruangan besar di Tempoa Art Galeri, Kota Jambi, Rabu (4/9/2019) malam. Mereka hadir untuk menyaksikan pembukaan Festival Komik dan Animasi Nasional (FKAN) X yang baru kali ini digelar di Jambi.

Di sekeliling ruangan besar itu, ditampilkan poster-poster lakon animasi dan komik. Ini menjadi lebih menarik untuk hadirin, khususnya anak-anak yang sangat antusias mengamati para lakon animasi tanah air.

Mulai dari lakon animasi Hebring, Nusa, Si Juki, Sopo Jarwo dan lakon animasi kenamaan lainnya dipajang di dinding pameran di Tempoa Art Geleri itu. Para animator dan komikus juga terlihat menyatu dalam festival yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Deputy of Collaboration Asosiasi Industri Animasi dan Kreatif Indonesia (AINAKI) Ehwan Kurniawan mengatakan, industri animasi di Indonesia memang masih mempunyai tantangan, terutama di tengah gempuran animasi impor. Namun dibalik tantangan itu menurut dia, malah memberikan peluang bagi pelaku industri animasi lokal untuk meraih ceruk pasar.

“Industri animasi di Indonesia sudah menggairahkan, ininditandai sejak munculnya animasi Si Juki ke layar lebar. Kemudian ada animasi Sopo Jarwo, animasi Warkop DKI dan animasi Nusa yang juga bakal tayang di layar lebar,” kata Ehwan Kurniawan Rabu (4/9/2010) malam.

Kualitas animasi karya anak bangsa tidak kalah saing dengan animasi dari negara lain. Sebab itu, AINAKI merangkul potensi-potensi animator untuk kolaborasi menghasilkan karya yang menarik dan secara industri pasarnya cukup menunjang untuk kesejahteraan bagi animator.

Selain itu, tak sedikit pula animasi Indonesia yang terserap di studi-studio animasi luar negeri, salah satunya seperti Ronny Gani yang ikut membuat animasi untuk Avengers.

Kemudian kata dia, ada juga banyak animator-animator freelance yang karya ansimasinya digunakan oleh biro-biro iklan di luar negeri.

Ehwan Kurniawan punya tips untuk animator yang baru mulai debutnya dalam membuat animasi dan untuk meraih ceruk pasar industri animasi.

“Yang pertama animator itu harus gaul dan membangun jaringan koneksi sesama industri animasi dan komikus,” kata dia.

“Animator juga bisa memulai dari yang kecil tapi potensinya bisa menjadi lebih besar. Contoh lain serial animasi Nusa yang memulai dari Youtube kemudian sekarang mulai ke layar lebar,” sambungnya.

Selain itu serial animasi Si Juki yang berangkat dari cerita komik menurut dia, bisa menjadi pakem bagi animator dalam memulai debutnya. Para animator tidak melulu langsung memulai dengan karya yang besar karena pasti membutuhkan biaya yang besar pula.

“Misalnya membuat serial animasi yang kemudian memanfaatkan media YouTube untuk salurannya, ini menjadi potensi dan memberikan peluang ekonomi bagi para animator, biayanya tidak besar,” katanya menjelaskan.

Festival Komik dan Animasi Nasional (FKAN) X adalah lanjutan dari Pekan Komik dan Animasi Nasional (PKAN) yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak 1998.

Ajang dua tahunan sejak berubah nama menjadi festival ini adalah baru pertama kali diadakan di luar Pulau Jawa, yakni di Jambi. Ajang ini bertujuan untuk menyatukan para praktisi komik dan animasi untuk bersinergi membangun satu ekosistem bersama.

“Sebelumnya masih terpusat di Jawa. Sekarang tinggal meratakan diadakan di luar Jawa karena potensi-potensi itu ada juga daerah, seperti di Jambi ini,” kata Ehwan.

Dalam ajang festival ini para animator dan komikus bisa berkolaborasi untuk menghasilkan konten-konten yang menarik.

Laman Kementerian Perindustrian menyebutkan, data terbaru pertumbuhan industri animasi berada di atas 6 persen. Meskipun kontribusi terhadap industri kreatif masih kecil, Kemenperin menilai industri animasi memiliki potensi pasar yang sangat besar.

Potensi Lokal

Harus diakui saat ini Komik dan Animasi Indonesia telah mulai merambah dunia. Para praktisi Komik dan Animasi Indonesia telah terlibat dalam projek-projek berskala Internasional. Demikian pula judul-judul Komik dan Animasi karya anak bangsa, telah diterbitkan dan diputar di manca negara.

Pencapaian ini adalah buah dari kerja keras panjang selama dua dekade atau terhitung sejak paruh 90-an. Saat itu, Gerakan Komik dan Animasi Indonesia mulai bergeliat dari bawah tanah ke permukaan.

Festival Komik dan Animasi Nasional adalah kelanjutan dari Pekan Komik dan Animasi Nasional (PKAN), ajang dua tahunan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak 1998. Ajang ini menyatukan para praktisi komik dan animasi di Indonesia ke dalam satu sinergi untuk membangun satu ekosistem bersama.

Direktur Kesenian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Restu Gunawan mengatakan, FKAN X di Jambi menampilkan pameran alih wahana cerita dan karakter berbasis potensi lokal.

Acara pameran yang menjadi kegiatan festival ini, juga diikuti penyelenggaraan seminar dan loka karya untuk membangun model alih wahana berdasarkan potensi lokal yang dapat dieksplorasi menjadi konten.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kata Restu, berharap dari kegiatan busa terbangun sebuah model alih wahana dari potensi lokal Jambi yang dapat dieksplorasi lebih jauh menjadi konten serta produk yang mengangkat potensi Jambi ke ranah global.

“Dengan adanya model seperti, maka potensi lokal yang tersebar di daerah dapat diangkat menjadi karya alih wahana skala nasional dan internasional,” kata Restu.

Pada FKAN ke-10 kali ini, Jambi dipilih sebagai Tuan Rumah. Jambi memiliki kekayaan alam, budaya dan sejarah penting, salah satu situs sejarah terbesar di Asia Tenggara, menandai pentingnya peran Jambi dalam sejarah besar nusantara.

Peran penting ini perlu diketahui lebih luas oleh publik. Di samping itu, masih banyak potensi lokal Jambi yang menarik untuk diangkat seperti Gunung Kerinci, Sungai Batanghari, Suku Anak Dalam dan lain-lain menjadi cerita lintas media. Mengingat hal ini, PKAN X tahun ini mengangkat tema “Alih Wahana Cerita dan Karakter Berbasis Potensi Lokal” dengan titik berat potensi lokal Jambi sendiri.

Sementara FKAN X ini akan menampilkan Pameran Alih Wahana Cerita dan Karakter Berbasis Potensi Lokal.

Pameran dan pemutaran animasi ini akan menampilkan karya-karya alih wahana yang telah berhasil di lingkup lokal maupun global.  Sebagai contoh, karakter Gundala yang terinspirasi dari Legenda Ki Ageng Selo, dari karya komik karya Hasmi tahun 1969, telah dikembangkan menjadi film layar lebar dan berhasil meraih pengakuan Internasional dengan diundang sebagai film pilihan di Toronto International Film Festival tahun ini.

Contoh lainnya, karakter Juki karya Faza Meonk, komiknya telah meraih berbagai penghargaan Internasional dan telah diangkat pula menjadi 2 film animasi layar lebar.

Kemudian ada pula film animasi yang mengangkat peristiwa sejarah Battle of Surabaya karya MSV Pictures meraih lebih dari 20 penghargaan di berbagai Festival Film dan Animasi Internasional. Di samping itu, ditampilkan pula karya-karya lokal Jambi dan Sumatera yang mengagkat keunikan lokal.

 

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts